Universalisme Kesenian Karya Sugeng Pujileksono, 2006 UMMPERS : Malang

A. Seni Lukis Dan Gua Sampai Kanvas
Seni lukis sebagai sebuah karya budaya yang mampu memindahkan objek, pariwisata, tanda dan imajinasi kedalam kanvas. Sebagaiman yang dilakukan oleh Ananta Mandal untuk memindahkan suasana kota Kalkuta India sesuia dengan persepsi, pencitraan, kretivitas serta Imajinasinya. Secara histories, senii lukis sangat terkait dengan gambar.


Pada zaman prasejarah, seni lukis sangat berpengaruh pada perkembangan peradaban manusia dalalm aspek bahasa, mata pencaharian, dan sistem religi. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari jenis obyek, pencitraan obyek dan narasi didalamnya. Salah satu lukisan gua yang monumental dapat dilihat dari gua Mogao Dunhuang di Tiongkok yang memiliki 750 gua. Gua peninggalan pada abad ke-4 terletak dibawah gunung Mingsha atau 25 kilometer sebelah tenggara Kota Dunhuang Provinsi Ganshu Tiongkok Barat.

B. Seni Patung Dari Arca Sampai Monumen
Ponorogo dengan sebutan kota reognya, hampir setiap perempatan kota dipasang patung yang merupakan replika dari pemain kesenian reog. Bali dengan sebutan pulau Dewatanya, dengan demikian, sudut – sudut kampung, halaman kantor, hotel, perempatan kota dengan mudahnya kita temukan patung sebagai simbolisasi dari beberapa dewa atau tokoh suci.

Bagi penganut agama Katolik, patung bunda Maria yang diletakkan disudut-sudut gereja, memiliki arti arti yang penting dan suci. Sementara bagi pemeluk agama Kristen, yesus Kristus yang disalib dikayu, juga memiliki nilai religius yang tinggi bagi para penganutnya.

Seni patung dalam arti luas merupakan seni berdimensi tiga. Dalam arti yang sempit, patungg hanya diartikan sebagai hasil karya yang tidak langsung umtuk keperluan tertentu dan dibuat dari bahan yang keras atau semi permanen. Bahannya dapat berupa tembaga, semen, batu, tanah yang dibakar, kayu dll.

Bagi antropologi, ketika melihat patung sebagai bagian dari karya seni, tidak dilihat dari aspek fisiknya semata. Seni patung lahir dan berkembang pada masyarakat dengan system yang menyembah dewa-dewa yang ditampilkan dalam wujud patung. Apapun wujudnya patung, bisa dilihat sebagai produk seni atau produk kerajinan yang dibuat secara massal serta dikonsumsi secara manual pula.

C. Tato: antara memperindah dan Menyakiti Tubuh
Membuat tato dapat diartikan juga sebagi melukis/ menghias tubuh dengan cara menusuk-nusukkan jarum atau sejenisnya ketubuh dengan gambar/ motif/ pola tertentu seperti tangan, lengan, betis, paha, punggung, bibir atau tempat yang lainnya. seni melukis tubuh dengan tato sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu pada masyarakat Mesir. Tujuannya yaitu sebagai saran berkomukasi dengan serangga-serangga kecil, karena melukis serangga kecil diharapkan sang arwah akrap dengan serangga dikehidupan lain. Seni ini berkembang sampai ke Yunani, Persia dan Arap.

Bagi masyarakat tradisional mentawai, tato memiliki banyak makna, tanda dan symbol. Karena derajat seseorang sebagi kepala suku, dapat dilihat dari tato ditubuhnya. Goresan-goresan tato ditubuh mencerminkan bentuk jantan, kuat, berani dan erat kaitannya dengan unsur kepercayaan dengan keselamatan dan kerukunan dalam keluarga dan masyarakat.

Pada suku dayak di Kalimantan tato tidak dapat dibuat secara sembarangan. Ada aturan-aturan tertentu dalam pembuatan tatonya, baik dalam pemilihan gambar, struktur sosial yang ditato maupun penempatann tatonya. Apapun jenis tato. Apapun tujuan tato. Sebenarnya pembuatan tato pada anggota tubuh merupakan bentuk paradok. Disatu sisi ingin memperindah tubuh, tetapi disisi lain juga menyakitu tubuh.
 
D. Seni Tambang di Bali
Seni tambang di Bali berdasarkan struktur dan fungsinya dapat dibedakan kedalam 4 kelompok, yaitu,

(a) Gegendingan/ Sekar Rare.

(b) Tembang Macapat, Siinom, Pangkur/ Sekar Alit.

(c) Kekindungan/ Sekar Madya,

(d) Kakawin,/ Wirama/ Sekar Agung.

E. Seni Tari: dari yang menonton sampai ke atraksi
Seni tari merupakan perpaduan antara dari seni gerak, seni musik, seni suara dan seni rias. Perpaduan dari beberapa jenis kesenian tersebut melahirkan sebuah gerakan yang berirama, teratur, dan indah. Secar Universal seni tari lahir

dari tradisi untuk menyambut tamu “agung”, upacara religi, ungkapan kegembiraan, ekspresi kesedihan, bahkan ungkapan untuk saling bermusuhan (perang). Salah satu masyarakat yang memiliki seni tari untuk beberapa kepentingan diantaranya tarian Orang To Landale di Sulawesi tenggara. Di lingkungan Keraton Yogyakarta, terdapat dua tarian yang sangat populer, yaitu tari Serimpi dan tari Bedoyo. Tari Serimpi dimainkan oleh dua pasang gadis dan selalu dimainkan pada saat upacara perkawinan. Sedangkan tari Bedoyo dimainkan oleh delapan gadis.

F. Urban Art
Mural adalah seni melukis/ menggambar dengan menggunakan media dinding dan cat. Lukisan/ gambar mural biasanya menceritakan sebuah obyek bisa pula dalam bentuk sindiran. Mural dan grafitti merupakn bentuk seni lukis yang ditemukan pada masyarakat kota. Meskipun dasar-dasarnya ditemukan dimsyarakat primitf. Melukis diatas kertas atau kanvas dengan cat air, cat minyak dianggap sebagai betuk kesenian yang konvensional. Apapun bentuknya sepanjang masih berhubungan dengan kebudayaan, maka hasil dari kebudayaan tersebut tidak bisa dilepaskan dari revalitas budaya, termasuk Mural dan Grafitti, jika sudah memiliki ukuran estetika, karya iimajinasi, bentuk penafsiran terhadap alam, maka hal itu sudah bisa dikatakan sebagai sebuah seni.

BAHASA SARANA KOMUNIKASI BUDAYA

A. Perhatian Antropologi Pada Bahasa
Salah satu unsur universal kebudayaan adalah adanya bahasa yang dipakai oleh selutuh komunitas yang tersebar dimuka bumi ini. Bronislaaw Malinowski menempatkan bahasa sebagai urutan pertama dari tujuh unsur budaya universal. Penempatan unsur budaya ini didasari oleh teori, bahwa bahasa merupakan unsur budaya yang terlebih dahulu ada dalam kebudayaan manusia.

Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling baik, karena didalam budaya komunikasi dikenal empat jenis budaya komunikasi, yaitu budaya lisan, budaya tulisan, cetak dan elektronik.

B. Keragaman Bahasa Indonesia
Keragaman bahasa Indonesia tidak terlepas dari proses serapan dari bahasa-bahasa suku di Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Sanksekerta dan bahasa asing lainnya. Sebagian masyarakat pedalaman yang terdidik mulai memaki bahasa Indonesia dalam pecakapan sehari-hari. Bahasa Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan nasional, yang memiliki fungsi sebagai berikut: sebagai suatu sistem gagasan dan pralambang yang memberi identitas kepada warga negara indonesia.

C. Bahasa Masyarakat Multikultural
Masyarakat multikultural merupakan bentuk masyarakat yang ditandai oleh keragaman etnik, ras, pemikiran dan agama.

Terbentuknya masyarakat multikultural dikarenakan tingkat mobilitas penduduk yang begitu tinggi. Didalam masyarakat yang multikultural,, terdapat dua bahasa yang perlu dikuasai. Pertama, penggunaan bahasa yakni mengalihkan bahasa yang tepat dalam irama tertentu. Kedua, intonasi yakni nada suara dalam mengucapkan kata, nada untuk menggambarkan emosi.

D. Membalik Dunia Dengan Bahasa
Secara budaya masing-masing sub-kultur memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa dominan. Sub-Kultur waria, remaja punk, kelompik gay, dan sejenisnya memiliki bahasa sendiri. Begitu pula sub-kultur arek Malang. Dibanding dengan sub-kultur budaya lainnya, arek-arek malang memiliki ciri yang khas yang berbeda dengan lainnya. ciri khas Arema dalam pergaulan sehari-hari adalah dalam hal penggunaan bahasa walikan, bahasa ini begitu populer, sampai-sampai harian umum/ koran lokal menyediakan rubrik khusus malangan.

Nama kota / tempat/ wilayah di Malang, tidak semua nama kota, tempat yang ada di Indonesia ditulis/ diucapkan secara terbalik, mengingat terlalu banyaknya nama-nama kota / tempat di Indonesia. Hanya beberapa kota besar yang lazim ditulis dan diucapkan secara terbalik. Untuk wilayahh asal suporter dari kota Malang, biasanya oleh masing-masing koordinator wilayah diupayakan ditulis atau diucapkan secara terbalik, yang bertujuan untuk menunjukkan sebutan yang memilikii ciri khas. Biasanya nama wilayah yang di tulis atau diucapkan secara terbalik, melingkupi wilayah kelurahan atau kawasan.

Sebutan warna untuk menyebutkan macam-macam warna, Arema tidak hanya membalik kata aslinya, tetapi ada juga yang tetap dipertahankan sebagai bagian dari kelaziman. Penulisan kata gabungan huruf, angka, symbol. Istilah atau kata yang merupakan hasil dari perpaduan huruf, angka dan symbol yang biasanya ditemukan dikaca mobil/ truk., body mobil, bak truk dll. Kata-kata tersebut merupakan perwujudan kebanggaan Arema pada komunitasnya.

E. Produk Budaya dan Transformasi Budaya
Bahasa sebagai bagian dari unsur budaya universal, yang memiliki pengertian yang sangat beragam. Secara struktur maupun fungsinya, bahasa memiliki pengertian yang beerbeda-beda. Meskipun demikian masih terdapat persamaan dalam pengertian bahasa. Secara umum bahasa dapat diartikan sebagi system lambang berupa bunyi yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi sosial.

Bahasa sebagai produk sosial dan budaya merupakan bagian hal yang tidak terpisahkan dari kebudayaan itu sendiri. Oleh karenanya bahasa menjadi milik bagi masyarakat pencipta dan penggunanya. Perilaku masyarakat dapat di lihat dari tingkah laku dan penggunaan bahasa yang dipake. Sesungguhnya semua kelompok memiliki potensi untuk mempunyai bahasa dengan ciri-ciri yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Ciri-ciri yang melahirkan identitas yang berbeda dengan budaya dominan.
 
F. Teoritisasi bahasa
Dalam teorinya, Basil Berstein yang mengemukakan dua anggapan dasar tentang ragam bahasa penutur. Pertama, kode terperinci atau terurai. Kedua, kode terbatas. Kode terperinci cenderung dipergunakan dalam situasi formal atau dalam situasi akademik. Kode terbatas cenderung digunakan dalam situasi informal, dalam lingkungan keluarga atau antarteman. Kode ini lebih menekankan keanggotaan penutur dalam kelompok.

Teori lainnya adalah semiotika yang membicarakan tentang tanda dann penandaan. Semiotika mengkaji sistem-siistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda memiliki arti. Pada ranah alami terdapat dua entitas semiotika, yaitu adanya penanda/ wahana tanda/ makna. Dalam pandangan Charles Sanders Peirce, semiotika didasrkan pada logika bahwa pemikiran hanya berlangsung melalui tanda. Tanda mwewakili sesuatu bagi seseorang.

G. Arti Sebuah Nama dan Identitas Budaya
Nama-nama anggota keluarga Indonesia banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya lokal dan global. Pada masyarakat bersahaja, pemberian nama pada anak yang baru lahir biasanya mengarah pada budaya-budaya lokal/setempat. Sedangkan pada masyarakat yang sudah bersentuhan dengan unsur-unsur asing, biasanya pemberian nam pada anak-anaknya diikuti dengan ritual tertentu.

Unsur nama pada anak juga bisa diambil berdasarkan waktu/ momen/ hari/ bulan yang dianggap penting dan memiliki makna yang mengiringi proses kelahiran sang anak. Pada masyarakat jawa biasanya menggabungkan kelahiran anaknya dengan hari/ pasaran/ penanggalan jawa. Nama anak juga bisa diambil dari nama-nama tata surya yang ada di bumi (matahari, bintang, rembulan), seperti Malik Suryono, Malik Fajar, Purnomo Sidi dll. Ada juga yang sebagian mengambil nama dari hasil serapan dari bahasa Arab, seperti sifat-sifat allah dan nama-nama malaikat, karena semua orang tua mau yang terbaik buwat anaknya.

Daftar Pustaka
Pujileksono, Sugeng. 2006. Petualangan Antropolgi Sebuah Pengantar Ilmu Antropologi. Malang: UMMPers
Title : Universalisme Kesenian Karya Sugeng Pujileksono, 2006 UMMPERS : Malang
Description : A. Seni Lukis Dan Gua Sampai Kanvas Seni lukis sebagai sebuah karya budaya yang mampu memindahkan objek, pariwisata, tanda dan imajinasi ke...

0 Response to "Universalisme Kesenian Karya Sugeng Pujileksono, 2006 UMMPERS : Malang"

Facebook

Dilindungi