Pengaruh Perhimpunan Indonesia dengan Berdirinya Partai Nasional Indonesia

Pada saat itu, di tanah air sedang terjadi kelesuan, kecemasan, dan serba ketakutan, akibat dari timbulnya pergerakan komunis untuk mencapai kemerdekaan dengan paham komunisme yang gagal. Pergerakan komunis tersebut terjadi pada bulan November 1926, yang ditunjukkan untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda. Banyak tokoh- tokoh pergerakan nasional dan rakyat ditangkap. Ada yang dijebloskan dalam penjara, dihukum gantung, ditembak amti, diasingkan dan masih banyak cara lain yang sifatnya menindas rakyat Indonesia.

 

Tokoh- tokoh pergerakan nasional, sekalipun bukan tokoh komunis ikut menjadi korban tindakan kekerasan pihak Belanda itu. Pihak komunis memang tidak memperhitungkan akibat yang akan terjadi. Hanya kepentingan golongan merekalah yang menjadi perhatian. Sedangkan pada masa itu jelas bahwa kekuatan pihak penjajah sangat besar dan hanya dapat dilawan dengan adanya persatuan dan kesatuan bangsa. Inilah akibat hanya mementingkan sepihak, akhrinya mengorbankan semuanya untuk kepentingan perjuangan nasional.

Sekalipun di tanah air sedang dalam suasana yang menyedihkan, namun pergerakan PI di negeri Belanda khususnya dan di Eropa pada umumnya terjadi sebaliknya. Para mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda, bahkan menunjukkan pergerakan yang semakin positif dan berani dalam mengemukakan pendapat di dalam forum Internasional. Tidak mustahil apabila pihak pemerintah kolonial Belanda menuduh para tokoh PI akan melanjutkan pergerakan PKI di tanah air Indonesia yang telah gagal itu. Secara sengaja atau tidak sengaja, banyak tokoh PKI yang berusaha mempengaruhi tokoh- tokoh PI di negeri Belanda, agar dapat memanfaatkan pergerakan nasional secara baik.

 

Moh. Hatta yang menjadi Ketua PI menggantikan dr. Sukiman yang telah habis masa kepengurusannya, mendapat ujian yang cukup berat. Akibatnya ialah pengurusan PI tidak dapat berjalan seperti biasanya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang utama adalah semakin ketatnya pengawasan dari pihak pemerintah Belanda. Di samping itu juga, semakin sedkitnya mahasiswa yang belajar di negeri Belanda, akibat sulitnya biaya dan secara kebetulan juga sudah mulai dibukanya perguruan tinggi di Indonesia. Kepimpinan Moh. Hatta tersebut berjalan cukup lama, yaitu dari tahun 1925- 1930. Dan termasuk yang paling banyak cobaan dan penuh menanggung resiko. PI tidak pernah membubarkan diri tetapi , secara perlahan- lahan PI sejak tahun 1930 terus mengalami kemunduran serta tidak berfungsi sama sekali sebagai organisasi pergerakan nasional.

 

Namun, kaum nasionalis masih mempunyai gagasan untuk membentuk adanya persatuan dan kesatuan nasional. Bahkan untuk menuju kepada terbentuknya organisasi pergerkan nasional, yang pada umumnya diperkirakan akan mengalami kesulitan, ternyata di tanah air telah muncul gagasan untuk mendirikan suatu partai pelopor untuk memimpin aksi massa. Kembalinya para mahasiswa Indonesia ke tanah air, berhubung telah selesainya studi di Negeri Belanda, membawa suatu perubahan- perubahan yang cepat di Indonesia. Disamping itu, di tanah air juga telah banyak para cerdik pandai yang telah sadar rasa kenasionalannya dan terus berjuang untuk memikirkan cita- cita tercapainya kemerdekaan Indonesia.

 

Kebetulan Ir. Soekarno, yang juga lulusan dari THS ( Sekolah Tinggi Teknik) Bandung, sudah mulai berfikir secara maju, sekalipun sebenarnya Ir. Soekarno pada saat itu belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas. Menurut Soekarno, hanya dengan banyak aksi massa yang dipimpin oleh satu partaai pelopor yang berjiwa nasional, maka pihak penjajah akan dapat dihadapi dan dimusnahkan. Oleh karena itu perlu adanya partai pelopor untuk memimpin rakyat.

Bertepatan dengan timbulnya gagasan Soekarno, banyak para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda yang sudah menyelesaikan studinya. Mereka banyak mengerti serta mendukung gagasan Soekarno tersebut. Mahasiswa- mahasiswa tersebut ialah Mr. Iskaq, Mr. Sunario, Mr. Sartono. Mereka bertiga juga termasuk sebagai anggota PI di Negeri Belanda. Terlebih- lebih apa yang akan dicapai beridirnya suatu partai tersebut sangat cocok dengan cita- cita PI yang ada di Negeri Belanda. Segala sikap dan langkahnya, hampir semuanya sesuai.

 

Dengan demikian, tidak lama kemudian rencana untuk mendirikan sebuah partai dapat direalisasi, yaitu pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung berdirilah Perserikatan Nasional Indonesia (PNI), yang kemudian diganti menjadi Partai Nasional Indonesian disingkat PNI juga. Pendirinya ialah Ir. Soekarno, Ir. Anwari, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Sartono, Mr. Sunario, Mr. Budhiarto, dan ada beberapa orang yang bukan dari kalangan sarjana, melainkan dari golongan pegawai swasta, yaitu Tilaar dan Sudjadi.

 

Dengan terdapat beberapa orang bekas anggota PI yang ikut mendirikan PNI, maka banyak unsur- unsur PI yang dipakai oleh PNI tersebut. Hal ini bukan secara kebetulan, akan tetapi dari PI memang sudah ada rencana untuk berusaha mendirikan partai yang bersifat nasional di tanaha air. Dorongan untuk mendirikan partai yang bersifat nasional oleh PI tersebut dihubungkan dengan adanya pernyataan Semaun terhadap Moh. Hatta, pada waktu pertemuan rahasia di Belanda. Pada waktu itu, Semaun telah merasa akan sulit unutk bangkit kembali, maka menyatakan kepada Moh. Hatta yang pada waktu itu masih menjabat menjadi Ketua PI. Apabila hal tersebut dapat terlaksana, maka pihak komunis yang dipimpin oleh Semaun yang telah dibubarkan atau dilarang oleh pemerintah Hindia Belanda, tidak akan mengganggunya. Dengan demikian atas dasar itulah, maka PI ada usaha untuk mendirikan sebuah partai yang bersifat nasional. Namun belum sampai terlaksana, ternyata di tanah air sudah ada yang merintisnya

Mengingat hal tersebut, maka tidak mustail apabila sesuatu yang terdapat pada PI dipakai oleh PNI antara lain, prinsip non-koorperasi (tidak mau bekerja sama dengan pihak penjajah), lambang bendera merah putih yang ditengah- tengahnya terdapat gambar kepala banteng, cita- cita nasionall mencapai kemerdekaan Indonesia, anti imperialisme dan kolonialisme, terbentuknya persatuan dan kesatuan nasional dengan berdasarkan kepribadian nasional Indonesia, bahasa nasional yang bersumber pada bahasa Melayu, dan demokrasi sosial yang bersumber pada keadilan rakyat.

Sudah jelas bahwa antara Perhimpunan Indonesia dengan PNI menuju satu tujuan yang sama dan dengan taktik dengan strategi yang sama pula. Dengan kesadaran demikian, maka PI berpendapat bahwa menghadapi penjajahan asing di tanah air, haruslah ditemukan teknik dan strategi yang nyata berdasarkan suatu workable theory, yaitu suatu teori yang praktis dan yang dapat dilaksanakan.

 

Hubungan PI dengan berdirinya PNI sudah jelas dengan adanya tujuan dan masalah yang sama. Rintisan terbentuknya suatu organisasi yang bersifat nasional dan terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa telah diproses lebih dahulu di negeri Belanda oleh mahasiswa Indonesia yang menjadi anggota PI. Pergerakan politik yang dilaksanakan oleh PI di negeri Belanda teryata mempunyai jangkauan jauh ke depan dan dapat diteruskan ditanah air, setelah adanya pergerakan komunis yang memberontak kepada pemerintah kolonial Belanda yang gagal.

 

Apa yang telah dirintis oleh PI di negeri Belanda, ternyata mempunyai manfaat yang positif dalam rangka pembentukan suatu partai politik yang bercita- cita mencapai kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, suatu partai yang dapat dianggap sebagai partai pelopor, seperti yang dimaksudkan oleh Soekarno adalah PNI, namun dalam perjalanannya masih harus banyak mengalami perbaikan- perbaikan dan pemantapan yang disesuaikan dengan perkembangan di tanah air Indonesia.

 

v PNI Baru dan Partindo : Sebuah Perbandingan

Partindo sebagian besar dipimpin oleh sarjana-sarjana hukum berpendidikan Belanda, sedangkan PNI Baru lebih banyak dikuasai orang-orang yang berpendidikan di Indonesia yang biasanya hanya sampai tingkat sekolah menengah, pegawai pemerintah tingkat rendah, juru tulis atau guru.

 

Partindo merupakan anak-anak kaum elite tradisional yang di Jawa disebut dengan priyayi, sementara mereka yang memimpin PNI Baru merupakan anak-anak pejabat-pejabat desa atau pegawai negeri rendahan.[1]

Pada tingkat pengurus cabang, Partindo pada umumnya didirikan dan dipimpin oleh seseorang atau beberapa orang dokter, sarjana hukum atau insinyur berpendidikan Belanda, sedangkan cabang-cabang PNI Baru dipimpin oleh para pekerja berpendidikan Indonesia.

 

PNI baru lebih radikal dari Partindo dalam politik sosial dan ekonominya. Tetapi para elite kota yang berpendidikan Barat pemimpin gerakan-gerakan kebangsaan sesudah tahun 1927, termasuk Hatta dan Sjahrir serta Soekarno, sama-sama bertekad untuk menciptakan regenerasi masyarakat Indonesia secara terawasi dan tertib. Para pemimpin PNI Baru maupun Partindo sama-sama mencoba menciptakan suatu revolusi dan regenerasi masyarakat dari atas ke bawah.[2]

Dalam upaya mencapai kemerdekaan, PNI Baru lebih mengutamakan pendidikan politik dan sosial. Partindo lebih mengandalkan organisasi masa dengan aksi-aksi masa untuk mencapai kemerdekaan.[3]

 

Ideologi Partindo merupakan konsepsi Soekarno yaitu sosio-demokrasi diterangkan sebagai sistem kerakyatan, tetapi bukan seperti yang terwujud di Barat sebagai demokrasi parlementer melainkan yang didasarkan suara terbanyak. Sebaliknya, ideologi yang dianut PNI Baru merupakan konsepsi Hatta dan Sjahrir yang mengikuti ideologi sosialisme. Gaya serta jiwa perjuangan Partindo lebih kearah populisme sedangkan PNI Baru kearah elitisme.[4]

 

DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, 1999, Soekarno, Islam dan Nasionalisme, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Giebels, Lambert, 2001, Soekarrno: Biografi 1901-1950, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Ingleson John, 1983, Jalan Menuju Pengasingan, Jakarta: LP3ES.

Pringgodigdo SH., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: DIAN RAKYAT.

Sudiyo, Drs., Perhimpunan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.

Tashadi, dkk., 1999, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan: Ir. Soekarno dan K.H. Ahmad Dahlan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Wawan Tunggul Alam, 2005, Demi Bangsaku: Pertentangan Bung Karno VS. Bung Hatta, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

http://darielszone.blogspot.com/2013/03/sejarah-berdirinya-pni.html, Surakarta, Rabu, 1 April 2015, Pukul 16.22 WIB.

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/03/sejarah-berdirinya-partai-nasional-pni-latar-belakang-tujuan-tokoh.html, Surakarta, Selasa, 31 Maret 2015, Pukul 19.20 WIB.

http://uussusangka.blogspot.com/2013/10/perjuangan-politik-mohammad-hatta-tahun.html, Surakarta, Jumat, 3 Maret 2015, Pukul 06.10 WIB.

http://chaerolriezal.blogspot.com/2013/06/pendidikan-nasional-indonesia-baru-pni.html, Surakarta, Rabu, 1 April 2015, Pukul 17.35 WIB.


[1] John Ingleson, Jalan Ke Pengasingan Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927 – 1934, terjemahan oleh Zamakhsyari Dhofier, Cetakan Pertama, LP3ES, Jakarta, 1983, hlm. 215

[2] Ibid

[3] Salvetri,”Partai Nasional Indonesia (PNI)”, http://salvetri.blogspot.com/2012/12/pni.html.

[4] Chaerol Riezal, “Pendidikan Nasional Indonesia Baru”, Bunga Rampai Aceh, http://chaerolriezal.blogspot.com/2013/06/pendidikan-nasional-indonesia-baru-pni.html.

Title : Pengaruh Perhimpunan Indonesia dengan Berdirinya Partai Nasional Indonesia
Description : Pada saat itu, di tanah air sedang terjadi kelesuan, kecemasan, dan serba ketakutan, akibat dari timbulnya pergerakan komunis untuk mencapai...

0 Response to "Pengaruh Perhimpunan Indonesia dengan Berdirinya Partai Nasional Indonesia"

Facebook

Dilindungi