Contoh Paper Sejarah Perkotaan (Menuju Kota Surabaya Bebas Prostitusi: Penutupan Lokalisasi Dolly 2014)


Pendahuluan 

Perkembangan kota memberikan berbagai pengaruh bagi masyarakat secara luas baik pengaruh positif maupun negatif. Saat ini, pembangunan kota seperti Kota Surabaya cenderung pada perencanaan dan pengembangan pembangunan kawasan–kawasan ekslusif.[1] Sedangkan, penataan kawasan–kawasan terpinggirkan kurang berpihak kepada masyarakat-masyarakat kecil. 

Kawasan perkotaaan memiliki berbagai problematika yang lebih kompleks dibandingkan dengan kawasan pedesaan ataupun kawasan lain.[2] Permasalahan sosial diperkotaan sangatlah luas, mulai dari kriminalitas, kemiskinan, pelacuran,[3] kepadatan penduduk, dan lain sebagainya. Pelacuran atau prostitusi disini sangatlah menarik, dimana hampir disetiap kota besar di Indonesia memiliki tempat–tempat lokalisasi yang mana, membuat sejarah kota semakin kompleks.


Dalam lingkup kehidupan masyarakat Surabaya, prostitusi telah menjadi bagian dari gaya hidup dan bagian dari isi kota. Pada kasus Surabaya, para germo dan pekerja seks komersil (PSK) atau kita sebut juga dengan pelacur, mereka sangat berperan untuk membuka kawasan baru dan mengembangkannya menjadi suatu wilayah kawasan bisnis prostitusi. Dalam sejarah kota surabaya pada tahun 1964, terdapat 228 pelacur di rumah-rumah bordil kawasan bandara dan di pinggir pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. 

Di Surabaya, sedikitnya ada 6 buah tempat lokalisasi, yakni Lokalisasi Bangunsari dan Lokalisasi Tambak Asri yang keduanya ada di Kecamatan Krembangan, Lokalisasi Dolly dan Lokalisasi Jarak yang keduanya ada di Kecamatan Sawahan, Lokalisasi Klakah Rejo dan Lokalisasi Moro Seneng yang keduanya ada di Kecamatan Benowo. Keenam lokalisasi tersebut sampai saat ini keberadaannya masih eksis di tengah kota, yang penduduknya mayoritas muslim.[4]


Praktik prostitusi di lokalisasi Surabaya, tidak mudah untuk diberantas karena masalah prostitusi tersebut memiliki keterkaitan secara ekonomi, sosial, bahkan kultural dengan permasalahan manusia secara hakiki, yakni pemenuhan kebutuhan biologis sebagai manusia, terlepas dari permasalahan etika dan norma yang membatasi cara pemenuhan kebutuhan seks manusia tersebut. Untuk memberantasnya dibutuhkan kearifan, kerja keras yang tinggi dengan penuh kesabaran, kedewasaan dan kesadaran dari semua pihak yang terlibat di dalamnya. [5] 

Tulisan ini akan mencoba mengambarakan fenomena permasalahan-permasalahan yang timbul akibat dari Penutupan tempat lokalisasi Gang Dolly 2014, pada masa pemerintahan Walikota Tri Rismahariani. Pertanyaan yang muncul adalah sejak kapan rencana penutupan lokalisasi Dollyi itu muncul? Bagamana reaksi masyarakat di Gang Dolly pasca penutupan lokalisasi Gang Dolly 2014? Solusi apa yang diberikan pemerintah untuk mengatasi dampak dari penutupan lokalisasi gang Dolly 2014? 


Sejarah Lokalisasi Dolly 

Sejarah prostitusi di Surabaya hampir setua sejarah Ibukota Jawa Timur ini. Pada mulanya, pelacuran ini merebak di kawasan pesisir, lantas merambah daerah pinggiran. Kini, Surabaya di kepung bisnis jasa seks itu. Prostitusi di Surabaya tumbuh seiring dengan perkembangan kota itu sebagai kota pelabuhan, pangkalan Angkatan Laut, dan tujuan akhir kereta api. Saat penjajahan Belanda pada abad ke-19, Surabaya sudah di kenal dengan kegiatan pelacuran. Catatan resmi Kota Surabaya menyebutkan, tahun 1864, terdapat 228 pelacur di rumah-rumah bordil di kawasan Bandaran di pinggir Pelabuhan Tanjung Perak.[6] 

Dolly atau Gang Dolly adalah nama sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Di kawasan lokalisasi ini, wanita penghibur "dipajang" di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase. 


Saat ini, ada enam kawasan pelacuran besar di Surabaya. Dolly adalah lokalisasi paling terkenal yang tumbuh sejak tahun 1960-an.[7] keberadaan daerah prostitusi Dolly berawal dari suatu kisah seorang wanita (nama asli di samarkan atas permintaan dari pihak keluarga yang bersangkutan) berasal dari daerah Bantaran – Malang. Lalu dia menikah dengan seorang pria keturunan Belanda, seorang pelaut bernama Chavid dan memiliki seorang anak bernama Edward Chavid (Eddy Yoseph). Namun suaminya yang seorang pelaut harus meninggalkan keluarganya. Timbulah rasa sakit hati di dalam perasaan wanita ini, wanita tersebut mengubah namanya mejadi Dolly Chavid dan memilih untuk menjadi seorang penyuka sesama wanita (lesbi). Gaya berpakaiannya pun lebih maskulin. Beberapa wanita di daerah Malang di nikahi olehnya, dan diapun di panggil dengan sebutan papi Dolly.mulai dari tahun 1967-an dia mendirikan tempat bordil di daerah di bawah kembang Kuning. Namun karena mendapat perlawananoleh warga pada saat itu.maka diamemindahkan bisnisprostitusinya tersebut ke daerah Kupang Timur. Walau dia membuka tempat prostitusi di Surabaya, namun istri-istrinya tetapbertempat tinggal di Malang. Dolly memang terkenal dengan bisnis rumah bordilnya,namun di Malang sana dia masih di hormati karena dia merupakan orang yang kaya raya. Dolly meninggal pada Tahun1989, karena di anggap sebagai perintis maka namanya di gunakan untuk sebutan daerah tersebut. Seiring dengan waktu,semakin banyak orang yang membangun bisnis bordil di daerah gang Dolly tersebut.[8]



Gambar 1. Lokasi Gang Dolly Di Peta (Sumber Google Map) 



Dolly, sebagai tempat prostitusi memang melegenda di Surabaya. Bisnis esek-esek di kawasan ini disebut-sebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Di sana ada sekitar 1.187 PSK dengan jumlah mucikari 311 orang. Angka itu melonjak dibanding pada 2012 sebesar 1.022 PSK dan 292 mucikari. Dalam semalam, perputaran uang di kawasan itu sekitar Rp 2 miliar.[9] 

Semakin lama Gang Dolly semakin dikenal masyarakat. Kondisi tersebut kemudian berpengaruh pada kuantitas pengunjung dan jumlah PSK serta Dolly juga menjelma menjadi kekuatan dan sandaran hidup bagi penduduk di sana. Ada lebih dari 800 wisma esek-esek, kafe dangdut, dan panti pijat plus. Setidaknya setiap malam sekitar 9.000 lebih penjaja cinta, pelacur di bawah umur, germo, dan ahli pijat siap menawarkan layanan kenikmatan kepada pengunjung. Bahkan seorang PSK dapat melayani 10 hingga 13 pelanggan dalam semalam. Bukan hanya itu, Dolly kemudian juga menjadi tumpuan hidup bagi ribuan pedagang kaki lima, tukang parkir, dan calo prostitusi. Semua saling berkait menjalin sebuah simbiosis mutualisme. Dolly kemudian mendapat predikat sebagai lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara mengalahkan Patpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura.[10] 

Di Dolly terkumpul ribuan PSK yang berasal dari sejumlah daerah seperti Semarang, Kudus, Pati, Purwodadi, Nganjuk, Sidoarjo, Sumenep, Malang, Trenggalek, dan Kediri. Sedangkan mereka yang berasal Surabaya bekerja di Dolly sebagai model paruh waktu atau freelance. Potret kehidupan di Dolly hanyalah secuil dari sejarah budaya pelacuran. 



Rencana Penutupan Lokalisasi Dolly 

Isu penutupan Dolly, lokalisasi pelacuran di Surabaya, Jawa Timur, mencuat. Konon, isu itu berkaitan dengan kasus penyebaran HIV/AIDS di Surabaya (berita di ANTV, 4 November 2010; TVOne 23 Oktober 2010; Harian Jurnal Nasional “Penyebaran HIV/AIDS Meningkat, Dolly BakalDitutup”, 30 Maret 2010).[11] 

Pemkot Surabaya berkomitmen menutup Dolly dalam waktu dua tahun ke depan sejak 2011. Uniknya, salah satu partai politik yang mengusung isu dakwah Islam di Surabaya menyatakan keberatannya. Alasannya, dampak negatifnya akan lebih dahsyat. Praktik prostitusi justru marak dan tak terdeteksi. Di sini, harus ada mekanisme deteksi agar tidak terjadi praktek prostitusi terselubung. Parpol itupun memberikan tawaran solusi.[12] 

Pemerintah Kota Surabaya harus mengajak masyarakat secara luas untuk aktif mengkampanyekan Gerakan Anti Prostitusi melalui perangkat Rukun Tetangga (RT). Pertanyaannya, apakah kampanye itu akan mendapat sambutan positif di warga Kota Surabaya? Mungkin patut juga di uji-cobakan. Apakah usulan salah satu parpol itu mendapat dukungan dari parpol lainnya? Apakah akan ada sinergi kerja positif antar-parpol untuk mengusung satu isu "Anti Prostitusi" di Surabaya? Apakah kampanye "Anti Prositusi" juga didukung oleh perangkat-perangkat lain setingkat pemerintah kota, selain legislatif? 

Pemkot Surabaya harus tetap mengacu dan komitmen melaksanakan Perda nomor 7 tahun 1999 tentang larangan menggunakan bangunan (rumah, kantor, atau hunian) untuk kegiatan asusila (prostitusi). Apabila Perda tersebut tak dijalankan dengan baik, maka tak salah jika ada pihak yang menganggap Pemkot melegalkan prostitusi. Sebagai contohnya, masih banyak Rumah Hiburan Umum (RHU) yang ditengarai juga dimanfaatkan untuk praktik prostitusi. 

Tanggal 19 Juni atau 10 hari sebelum bulan puasa tahun 2014, Pemkot Surabaya, Jawa Timur akan menutup Gang Dolly dan Jarak di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang disokong Pemprov Jawa Timur, ulama dan elemen masyarakat Madura siap membombardir geliat prostitusi di lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu.[13] 

Wali Kota Surabaya Tri Rismahariani mengatakan rencana penutupan lokalisasi Dolly sudah dirancang sejak emapt tahun lalu. Risma menampik bila penutupan Dolly tidak melalu perencanaan yang matang. “Itu sudah lama dirancang, enggak tiba-tiba ditutup. Dulu, ujarnya. Dolly harus ditutup dan saya yakin bisa, “Ujar Risma dib alai Kota Surabaya, Selasa, 6 Mei 2014.[14] 

Gerakan Rakyat Surabaya dan Ikatan Keluarga Madura (Ikamra) mendukung rencana Pemerintah Kota Surabaya menutup lokalisasi Dolly dan Jarak pada 19 Juni mendatang. Perwakilan dari GRS dan Ikamra Ali Badri saat mendatangi Pemkot Surabaya, Kamis mengatakan Dolly merupakan tempat maksiat yang membuat citra buruk Kota Surabaya. "Penutupan Dolly sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi," katanya. Menurut dia, pihaknya ingin Surabaya tidak disebut sebagai kota prostitusi dengan keberadaan lokalisasi yang berdiri sekitar tahun 1960-an tersebut. Bahkan, kata dia, lokalisasi Dolly membuat malu warga Surabaya. Bahkan, dia memperkirakan jika Dolly tidak ditutup maka warga Surabaya akan dapat musibah karena lokalisasi Dolly bertentangan dengan ajaran agama. "Masyarakat Surabaya dukung Dolly ditutup. Dolly ditutup harga mati. Ini sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika masih ada pelacuran kami jadi malu. Tempat maksiat selain Dolly juga harus ditutup," ujar Ali Badri. Bahkan, kata dia, massa dua ormas itu siap untuk turun langsung ke Dolly untuk melakukan penutupan. Sebagai bagian dari pemanasan penutupan, massa GRS dan Ikamra berencana menggelar istighotsah di depan Balai Kota Surabaya pada pertengahan bulan depan.[15] 

Namun, ancaman penutupan yang mengaum di penjuru kota, bahkan mungkin sudah terdengar di seantero negeri itu, seolah tak mengganggu aktivitas setiap malam di Gang Dolly dan Jarak. Meski, sudah dua kali Wakil Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana menggelar pertemuan terkait masalah penutupan lokalisasi yang didirikan Nonik Belanda, Tante Dolly semasa zaman kolonial itu. Geliat prostitusi tetap berjalan seperti biasa. 

Pertemuan pertama Whisnu dengan mucikari dan warga lokalisasi terjadi pada hari Jumat malam 16 Mei, di Balai RW XI yang berada di Jalan Putat Jaya Barat. Kemudian, pertemuan kali kedua, dilakukan di balai RW VI di Jalan Dukuh Kupang, yang berada di belakang Gang Dolly. Pada Rabu malam hingga Kamis dini hari 22 Mei. Saat memasuki wilayah Jalan Jarak dari arah Jalan Giri Laya, membentang spanduk penolakan. Bahkan hampir seluruh wilayah di Kelurahan Putat Jaya, puluhan spanduk berwarna merah membentang di atas jalan, di Gang Dolly, Jarak, Gang Lebar dan beberapa gang-gang yang ada di sana. 

Ngototnya Risma ada beberapa alasan, yaitu Perda Nomor 7 tahun 1999, tentang larangan bangunan dijadikan tempat asusila, ingin mengangkat martabat kaum wanita, dan menyelamatkan generasi muda dari lingkungan lokalisasi.[16] Niat baik wali kota berjuluk singa betina ini, ternyata mendapat perlawanan dari masyarakat sekitar, mucikari, PSK, dan beberapa elemen masyarakat. Bahkan Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Buana juga berada di gerbong orang-orang yang menentang. 

Alasannya klasik, masalah perut. Jika Surabaya disterilkan dari lokalisasi, bagaimana mereka hidup. Sementara sudah berpuluh-puluh tahun mereka menggantungkan hidup mereka dari geliat prostitusi. Usaha mereka sudah dijalankan turun-temurun dari generasi ke generasi. Meski rencana Risma ini (penutupan lokalisasi), juga dibarengi dengan solusi. Wali kota perempuan pertama di Surabaya itu, tetap memperhatikan ekonomi para penghuni lokalisasi dengan memberi pesangon hingga mereka benar-benar mandiri. Mereka juga dilatih keterampilan sesuai bakat mereka masing-masing. 




Gambar 2. Deklarasi di Islamic Centre Bersama Tokoh Masyarakat Tanggal 18 Juni 2014 (Sumber : Detik.com) 




Penutupan Lokalisasi Dolly 2014 

Pada tanggal 18 Juni 2014 Pemerintah Kota Surabaya mendeklarasikan penutupan Lokalisasi Dolly[17] yang digelar di gedung Islamic Center, Surabaya.[18] Dimajukan dimana direncanakan awal pada tanggal 19 Juni, dimajukan sehari. Hal ini ditanggapi oleh para PSK dengan berbagai cara, salah satunya pada tanggal 23 Juni 2014, ratusan (PSK) dan mucikari lokalisasi Dolly menggelar upacara bendera di Gang Dolly, Surabaya. Hal ini sebagai tanda dibukanya kembali bisnis prostitusi di kawasan tersebut.[19] Aksi tersebut secara tidak langsung sebagai bentuk perlawanan mereka kepada Pemerintah Kota Surabaya yang telah resmi mendeklarasikan peneutupan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu. 




Gambar 3. Upacara pembukaan kembali lokalisasi Dolly oleh para PSK gang Dolly (Sumber : Kompas.com) 




Namun demikian, Penutupan lokalisasi Dolly pada tanggal 18 juni tetap menimbulkan kontrovesi, terutama bagi mereka yang memperoleh penghhasilan dari kawasan tersebut, seperti para PSK dan mucikari, serta para pedangang, tukang ojek, atau tukan becak. Lokalisasi dianggap memberi penghidupan bagi masyarakat sekitar seperti berbagai praktik pengusuran lain, pemindahan pusat perekonomian dari suatu tempat ke tempat lain, selalu menimbulkan ketakutan bagi pelaku usaha.[20] 

Sehari menjelang penutupan, 2 wisma di Gang Dolly dilempar batu oleh tak dikenal. Diduga keras ini merupakan provokasi kepada warga agar menolak peneutupan lokalisasi tersebut.[21] Seorang berkendara sepeda motor tiba-tiba melempari kaca wisma saat hujan turun. Ratusan polisi dikerahkan lengkap dengan motor water cannon untuk mencegah anarki.[22] Ketegangan ini bisa dipahami. Sekian lama beroperasi, lokalisasi Dolly menjadi tambang emas bagi mereka untuk mancari untung disana. Tak mengherankan, saat pemerintah kota berencana menutup lokalisasi itu mereka bereaksi keras. Akan tetapi Walikota Tri Rismaharani bersikeras karena khuatir akan dampak buruk lokalisasi tersebut.[23] 

Suasana di lokalisasi prostitusi Gang Dolly pada Rabu 18 Juni 2014 pukul 18.45 WIB mencekam. Para pekerja Dolly dan personel kepolisian terus berjaga-jaga di Gang Dolly. Penjagaan itu menyusul adanya kabar bahwa akan ada penyerangan yang dilakukan oleh salah satu ormas Islam. di lokasi, para pedagang kaki lima (PKL) untuk sementara tak bisa mangkal untuk berjualan di Jarak dan Dolly. Semua wisma di dua lokalisasi prostitusi itu tutup. Lampu di dalam wisma juga dimatikan. Hanya lampu di tengah Jalan Jarak dan Gang Dolly yang masih menyala. Para warga dan PSK berjaga hampir di setiap depan wisma.[24] 

Salah seorang PSK mengaku ikut bersiaga untuk menghadapi serangan mendadak dari luar Dolly. "Siap melawan jika ada serangan dari pihak luar," ujar dia. Sementara itu, Kapolsek Sawahan Kompol Manang Subekti menyatakan, pihaknya mengerahkan 900 personel kepolisian untuk berjaga-jaga di Jalan Jarak dan Gang Dolly. Warga di Jarak dan Dolly, menurut Manang, hanya tidak ingin diganggu oleh pengacau dari luar daerah. Makanya, mereka berjaga-jaga. Manang mengimbau warga di Gang Dolly dan Jalan Jarak agar tidak terprovokasi oleh isu-isu dari orang yang tak bertanggung jawab.[25] 

Hingga Kamis, 19 Juni 2014, walau sudah dinyatakan ditutup oleh pemerintah, namun beberapa pemilik wisma masih bersikeras tetap membuka atau beroperasi seperti hari-hari biasanya. Hingga pagi ini tidak ada yang berbeda dengan situasi di Gang Dolly. Bahkan akses jalan menuju kawasan prostitusi yang sebelumnya ditutup oleh warga, pagi tadi sudah dibuka kembali. Hal itu agar para tamu dan pekerja di kawasan lokalisasi tersebut bisa kembali beraktivitas seperti semula. Kondisi seperti itu juga dibenarkan oleh salah satu pemilik wisma di Gang Dolly. Seluruh warga dan pekerja lokalisasi sepakat tetap beroperasi seperti semula.[26] 

Pada tanggal 21 Juni 2014, puluhan perkerja seks komersial (PSK), pemilik wisma dan warga yang tinggal di sekitar lokalisasi Dolly, mendatangi kantor DPRD Kota. Mereka memprotes tindakan pemerintah kota yang memajukan jadwal penutupan lokalisasi.[27] Ketegangan terus meningkat, sejumlah orang yang selam ini mengantungkan hidup dari bisnis prostitusi tersebut berupaya mati-matian memeprtahankanya. Berbagai upaya ditempuh, termasuk mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).[28] 

Pada tanggal 27 juli 2014, Kepolisian terlibat bentrok dengan warga yang menolak penutupan lokalisasi Dolly.[29] Kepolisian Surabaya akhirnya menetapkan 11 tersangka kerusuahan di gang dolly. Dua diantaranya masih dibawah umur. Beberapa tersangka dikenakan pasal penghasutan dan melawan petugas. Bentuk penghasutan yang dilakukan yaitu dengan menyebarkan short massage service (SMS) untuk menyerang petugas dengan menggunakan batu. "Beberapa yang ditetapkan tersangka, bisa dibilang aktor intelektual pada saat kerusuhan yang terjadi di Dolly dan Jarak, pada Minggu 27 Juli 2014. Lainnya ikut bersama-sama melakukan perlawanan terhadap petugas. Serta melakukan pengrusakan plakat milik Pemkot Surabaya," ujarnya. Ferry menambahkan, dua orang yang tidak dilakukan penahanan dan hanya dikenakan wajib lapor, karena keduanya masih di bawah umur. "Sebagaimana yang diatur dalam Undang undang perlindungan anak, untuk tidak dilakukan penahanan. Tapi tetap wajib lapor," tegas Ferry.[30] 

Rencana Pemerintah Kota Surabaya memasang papan imbauan bebas prostitusi di Kelurahan Putat Jaya, tepatnya di Jalan Girilaya dan ujung Jalan Jarak akhirnya terlaksana. Hal ini menyusul perlawanan dari masyarakat sekitar atas rencana pemasangan papan tersebut. Rencana ini berhasil setelah pasukan gabungan dari Garnisun Tetap III, Satpol PP Kota Surabaya, Polrestabes Surabaya dan Korem Bhaskara Jaya berhasil menyisir dan menangkap beberapa pelaku perusakan papan imbauan itu di ujung Jalan Jarak atau dekat Dukuh Kupang. "Skenario Pemkot Surabaya, setelah adanya deklarasi penutupan lokalisasi Dolly diharapkan usai Lebaran sudah final, Dolly dan Jarak tamat," kata Kasatpol PP Kota Surabaya Irvan Widyanto, Surabaya, Jawa Timur, Minggu 27 Juli 2014.[31] 




Gambar 4. Papan Imbauan Bebas Prostitusi di Kelurahan Putut Jaya, Dolly (Sumber : Liputan6.com) 




Sabtu, 23 Agustus 2014, Petugas gabungan Satpol PP, polisi dan garnisun merazia di berbagai tempat hiburan malam serta hotel-hotel melatidi Surabaya. Pemkot Surabaya memang serius memberantas prostitusi di Surabaya. Salah satunya di Kompleks Ruko Kedung Doro yang juga merupakan kompleks hiburan malam. Petugas pun langsung menggeledah seluruh ruangan pub dan panti pijat. Disinyalir praktik prostitusi masih berlangsung dengan berbagai modus, baik yang berkedok sebagai panti pijat serta bertransaksi langsung dengan pelanggannya di hotel. Petugas langsung mendata sejumlah wanita yang diduga berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK). Meski sempat menolak untuk diamankan, petugas akhirnya membawa paksa para wanita penghibur tersebut. Dalam razia ini, petugas juga memeriksa izin operasional usaha hiburan malam, yang kerap di salah gunakan dengan menyediakan praktik asusila. Razia tersebut akan terus dilakukan secara berkala, untuk menciptakan Kota Surabaya bebas prostitusi.[32] 

Menurut Risma, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia juga menyarankan agar polisi masuk ke area lokalisasi untuk menindak tegas praktek-praktek perdagangan orang. Aturan ini mulai diberlakukan secara tegas pekan ini, sebelum Ramadan. Razia juga terus berjalan setelah Ramadan. 

Kepala Dinas Sosial Surabaya Supomo menambahkan, pemerintah kota akan berkoordinasi dengan kepolisian untuk menggelar razia rutin di lokalisasi. Mereka yang tetap membuka wisma atau tempat hiburan untuk bisnis prostitusi diancam dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Perbuatan Asusila dan Undang-Undang Tindak Perdagangan Orang. Ancaman hukuman bisa berupa penjara, denda, bahkan penyegelan bangunan.[33] 



Situasi Sekarang 

Empat bulan pasca penutupan, situasi di Gang Dolly berubah drastis. Suara dentuman musik serta suara sendau gurau wanita-wanita cantik sudah tidka terlihat lagi. Sepinya Gang Dolly berdampak pada urusan dapur beberapa warga. Menurut Ridwan, Ketua RT05/RWXII di kawasan Dolly, beberapa warga sekitar yang dulu memiliki kios di sepanjang Gang Dolly, masih banyak yang menganggur. Sebagian lagi bekerja serabutan. “Ada memilih berjualan es tebu. Modalnya ya cari sana sini. Tidak ada bantuan dari pemkot. Itu yang saya sayangkan. Mengapa warga tidak diperhatikan. Seharusnya, pemkot mau membantu warga yang menggantungkan hidup di Gang Dolly,” kata Ridwan. Dia mengaku sudah mendatangi lurah dan camat, namun tidak ada tanggapan berarti. Menurut Ridwan, saat ramai-ramai penutupan Dolly, pemkot sudah melakukan survei untuk keperluan warga yang dampak langsung oleh penutupan.[34] 

Lebih lanjut empat bulan pasca penutupan, situasi di Gang Dolly berubah drastis. Suasana gang yang sempat kesohor karena aktivitas transaksi di sini relatif sepi ketimbang sebelumnya. Deretan rumah yang dulunya wisma, kini tutup seperti tak berpenghuni. Beberapa rumah bekas wisma ini dibersihkan oleh si empunya. Kegiatan itu tidak dilakukan setiap hari.[35] 

Tulisan penanda nama wisma yang menempel di kaca depan wisma sudah banyak yang dicopoti. Aktivitas di kawasan ini berubah total. Selasa 28 Oktober 2014. Tidak ada perempuan berpakaian seksi berseliweran. Pada pagi dan sore hari, jalan-jalan di Gang Dolly dijadikan arena bermain anak-anak kampung sekitar. Pemandangan ini sulit ditemukan saat gang ini masih aktif menjajakan layanan esek-esek. Banyak anak-anak kampung yang main bola. “Mereka lebih leluasa bermain,” kata Ridwan, Ketua RT05/RWXII di kawasan Dolly. 

Secara resmi lokalisasi Dolly sudah ditutup, namun bukan berarti pemerintah berhasil mematikan praktek pelacuran, masalahnya uang kompensasi sebesar Rp 5,050 juta untuk mucikari Rp 5 juta yang telah disiapkan oleh pemerintah kota Surabaya tidak disetujui oleh semua calon penerima. Menurut coordinator Front Pekerja Lokalisasi (FPL) gang dolly dan jarak Pokemon. Uang sebesar 5 juta tidak berarti banyak untuk para psk dan mucikari. Hingga menjelang penutupan PSK yang mengambil dana kompensasi sebanyak 397 orang dan mucikari sebanyak 69 orang sedangkan yang mengembalikan uang kompensasi 5 psk dan 3 mucikari di tenggarai bahwa psk yang menerima kompensasi adalah mereka yang tidak bisa berbisnis pelacuran lagi karena alasan usia. Ini menimbulkan kekhawatiran adanya pelacuran terselubung oleh para PSK yang masih laku.[36] 




Gambar 5. Warga Gang Dolly PSK dan Mucikari ( Sumber: vivanews.co.id) 




Pemerintah Kota Surabaya mengalokasikan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2015 untuk membangun 25 lapangan futsal yang dikonsentrasikan di wilayah bekas lokalisasi Dolly dan Dupak Bangunsari.[37] Fokus pembangunan sarana olah raga di eks kawasan lokalisasi adalah bagian dari upaya revitalisasi dan alih fungsi. Sarana dan fasilitas umum yang sudah dibenahi diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat. "Anak-anak di eks lokalisasi bisa pulih secara sosial. Mereka menjadi punya tempat untuk menyalurkan hobinya," kata Kepala Bidang Olah Raga Prestasi Dinas Pemuda dan Olah Raga Kota Surabaya, Edi Santoso, Kamis, 23 April 2015. Edi menjelaskan, satu lapangan futsal di Putat Jaya (Dolly) diajukan melalui perubahan anggaran keuangan pada akhir tahun. Sedangkan dua lapangan futsal di daerah Dupak Bangunsari sudah pada tahap lelang. Selain itu, satu lapangan futsal di bekas tempat pembuangan akhir Keputih juga sedang proses lelang.[38] 

Menurut Edi, fokus pembangunan fasilitas umum ini tidak membuat Pemerintah Kota melupakan aspek pemeliharaan. Untuk menjaga lapangan tetap dalam kondisi baik, Dinas melibatkan peran satuan kerja khusus. Satker beranggotakan sepuluh personel yang tiap hari rutin berkeliling mengawasi sarana olah raga milik Pemkot. 

Persoalan ekonomi sejumlah warga yang tinggal di eks Lokalisasi Dolly masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkot Surabaya. Untuk mencari solusinya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menantang para pemuda di kawasan tersebut untuk memproduksi casing handphone. Sedianya, hasil produksi tersebut dapat mengangkat perekonomian warga setempat.[39] 

Bahkan wali kota perempuan ini berjanji akan mempromosikan produk casing handphone ke para tamu manca negara. "Nanti jika kalian bisa membuat itu (casing handphone) akan saya gunakan sebagai suvenir saat tamu-tamu dari negara lain berkunjung ke Surabaya," ujar Risma saat menerima Pemuda Karang Taruna, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan di Balai Kota Surabaya, Senin 2 Maret 2015. 



Penutup 

Dengan demikian, terlihat prostitusi di Surabaya khususnya dalam masalah ini adalah Dolly sulit untuk diberantas karena sudah mendarah daging dalam masyarakat kawasan Dolly itu sendiri. Berawal dari sejarahnya itu sendiri yang mengakibatkan Dolly menjadi prostitusi yang kemudian berkembang semakin besar hingga menjadi prostitusi yang terbesar se-Asia. Semakin besar perkembangan Dolly itu sendiri maka akan semakin sulit untuk menghilangkan prostitusi Dolly itu, karena sudah terjadi keterkaitan antara usaha prostitusi dengan masyarakat di sana dalam perekonomian dan sosialnya. Maka usaha untuk menutup Dolly akan sulit. 

Meskipun Dolly dapat ditutup, tidak ada jaminan bahwa para PSK yang dulu bekerja disana akan berhenti juga, meski sudah diberikan konpesasi. Hal itu malah mengakibatkan masalah yang sama, yaitu prostitusi yang hanya berpindah tempat saja. Karena di Dolly tidak diperbolehkan lagi, maka para PSK akan berpindah tempat, dan akan mengembangkan tempat tersebut untuk menjadi prostitusi yang lainnya. Untuk menghilangkan semua permasalahan itu maka harus bersama-sama dari semua masyarakat untuk menentangnya dan mengupayahkan usaha atau pekerjaan baru untuk para PSK. 

Penutupan Dolly pada 18 Juni 2014 memberikan kebutuhan profesi alternatif bagi masyarakat yang terkait di dalamnya. Dengan demikian program-program pengentasan dan sentuhan modal usaha menjadi alternatif beberapa PSKdan Mucikari sudah melakukan pekerjaan halal. Namun demikian, masih banyak kekuatiran akan munculnya pelacuran terselubung yang meluas di tempat-tempat yang tidak bisa diawasi oleh pemerintah. 

Pemerintah perlu terus meningkatkan kualitas dan kuantitas program-program yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan yang baik akan mengurangi potensi terjadinya pelacuran. Selain itu, Pemerintah juga perlu terus melakukan hal terkait untuk semakin serius menangkal kemungkinan terjadinya pelacuran. 



Daftar Referensi 

A. Sunarto AS. Desember 2013. Kyai dan Prostitusi: Pendekatan Dakwah KH. Muhammad Khoiron Suaeb di Lokalisasi Kota Surabaya. Jurnal Komunikasi Islam. Vol 03, Nomor 02. 

Achmad Faizal, Inilah Kasus yang Menimpa Anak di Dolly Kamis, 3 Juli 2014 | 11:13 WIB, Berita Online: http://regional.kompas.com/read/2014/07/03/1113030/Inilah.Kasus-kasus.yang.Menimpa.Anak.di.Dolly. diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

Cemi Fitrianai Jamal, 2010. POLITIK PROSTITUSI KOTA SURABAYA (Studi Deskriptif: Eksistensi Dolly). Skripsi: Universitas Airlangga Surabaya. 

Caroline Damanik, Beginilah Wajah Gang Dolly Kini...(3), Rabu, 29 Oktober 2014 | 15:07 WIB, Berita Online: http://regional.kompas.com/read/2014/10/29/15075771/Beginilah.Wajah.Gang.Dolly.Kini.3. diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

Dian Kurniawan, Setelah Diprotes, Papan Larangan Prostitusi Berdiri di Gang Dolly, on 27 Jul 2014 at 18:16 WIB, Berita Online: http://news.liputan6.com/read/2084075/setelah-diprotes-papan-larangan-prostitusi-berdiri-di-gang-dolly. diakses diakses 20 April 2015 pukul 20.00 wib. 

Diananta P. Sumedi, Dikritik DPRD, Risma: Penutupan Dolly Rencana Lama, Selasa, 06 Mei 2014, 16:46 wib, Berita Online, www.tempo.co/read/news/2014/05/06/058575851/Dikritik-DPRD-Risma-Penutupan-Dolly-Rencana-Lama. diakses 27 April 2014 pukul 19.00 wib. 

Hermawan Diasmanto, Dolly Ditutup, Prostitusi Menghilang? Kamis, 09 Juni 2011, 15:11 WIB, Berita Online: http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/11/06/09/lmik38-dolly-ditutup-prostitusi-menghilang. Diakses 25 April 2015 pukul 19.00 wib. 

Khilfa Adib, 2009. TRAFFICKING DAN PROSTITUSI STUDI KASUS Gang Dolly Surabaya. Skripsi: UIN Syarif Hidayahtulah Jakarta. 

Kurnaiwan, D, Gelar Upacara Bendera, PSK Deklarasikan Dolly Kembali Dibuka, 23 Juni 2014, at 20:32 wib Berita Online, http://news.liputan6.com/read/2067641/gelar-upacara-bendera-psk-deklarasikan-dolly-kembali-dibuka. diakses 30 April 2015 pukul 20 wib. 

metrotvnews.com, Polisi Tetapkan 11 Tersangka Kasus Gang Dolly. 05 Agustus 2014 12:29 wib, Berita Online: http://news.metrotvnews.com/read/2014/08/05/273578/polisi-tetapkan-11-tersangka-kasus-gang-dolly. diakses 20 April 2015 pukul 20.00 wib. 

Moch Andriansyah, Gang Dolly masih kokoh, tak goyah ancaman 'singa betina', Minggu, 25 Mei 2014 09:34 Berita Online, http://www.merdeka.com/peristiwa/gang-dolly-masih-kokoh-tak-goyah-ancaman-singa-betina.html. Diakses 30 April pukul 20.00 wib. 

_______________, Masalah perut jadi alasan penghuni Dolly menolak ditutup, Minggu, 25 Mei 2014 11:02, Berita Online : http://www.merdeka.com/peristiwa/masalah-perut-jadi-alasan-penghuni-dolly-menolak-ditutup.html. diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

Mohammad Arief Hidayat, Mohammad Zumrotul Abidin, Risma Bangun Lapangan Futsal di Eks Dolly, Kamis, 23 April 2015 | 14:38 WIB, Berita Online: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/617613-risma-bangun-lapangan-futsal-di-eks-dolly. diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

Muhamad Nuradani, Lokalisasi Dolly ditutup, on 21 Jun 2014 at 18:24 WIB, Berita Online: http://news.liputan6.com/read/2066763/lokalisasi-dolly-ditutup. diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

Mukafi niam, GRS-Ikamra Dukung Penutupan Lokalisasi Dolly Surabaya, Jumat, 23/05/2014 09:02, Berita Online : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,2-id,52176-lang,id-t,GRS+Ikamra+Dukung+Penutupan+Lokalisasi+Dolly+Surabaya-.phpx. diakses 27 April 2014 pukul 19.00 wib. 

Nafiysul Kodar, Pasca-Ditutup, Warga Gang Dolly Tetap Beraktivitas Seperti Semula, on 19 Jun 2014 at 13:37 WIB, Berita Online: http://news.liputan6.com/read/2065621/pasca-ditutup-warga-gang-dolly-tetap-beraktivitas-seperti-semula. diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

Nurul Arifin, Risma Tantang Pemuda Eks Lokalisasi Dolly, Selasa, 3 Maret 2015 - 00:49 wib, berita Online: http://news.okezone.com/read/2015/03/03/340/1112824/risma-tantang-pemuda-eks-lokalisasi-dolly. dikases 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

Purnawan B, 2012. Pengantar sejarah kota. Yokyakarta: Ombak. 

Rajimo S. W, 2005. Pemukiman Rakyat di Semarang Abad XX: Ada Kampung Ramah Anak. Yokyakarta: Ombak. 

Retnaningsih, H, Juli 2014. Dampak Sosial Penutupan Lokalisasi Dolly, (Jurnal Info Singkat Kesejahteraan Sosial : Vol. VI, No. 13/I/P3DI. 

Sugiyarto, Gang Dolly Mencekam Menjelang Penutupan, Rabu, 18 Juni 2014 22:18 WIB, Berita Online: http://www.tribunnews.com/regional/2014/06/18/gang-dolly-mencekam-menjelang-penutupan. diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

www.tempo.co, Pasca-Penutupan Dolly, Risma: PR Saya Makin Berat, KAMIS, 19 JUNI 2014 | 18:17 WIB, Berita Online: http://www.tempo.co/read/news/2014/06/19/058586495/Pasca-Penutupan-Dolly-Risma-PR-Saya-Makin-Berat. diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

Yoni Iskandar, Warga Dolly Tunggu Janji Sejahtera, Pasca Penutupan Lokalisasi, Rabu, 29 Oktober 2014 12:01 WIB, Berita Online: http://www.tribunnews.com/regional/2014/10/29/warga-dolly-tunggu-janji-sejahtera-pasca-penutupan-lokalisasi. diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib.

[1] Rajimo S. W, Pemukiman Rakyat di Semarang Abad XX: Ada Kampung Ramah Anak, (Yokyakarta: Ombak, 2005), hlm. 148. 



[2] Purnawan B, Pengantar sejarah kota, ( Yokyakarta: Ombak, 2012), hlm. 13. 

[3] Prostitusi adalah suatu tindakan yang menawarkan pelayananan langsung dari seseorang kepada siapapun untuk mendapatkan imbalan berupa uang atau apapun. 

[4] A. Sunarto AS, Kyai dan Prostitusi: Pendekatan Dakwah KH. Muhammad Khoiron Suaeb di Lokalisasi Kota Surabaya, (Jurnal Komunikasi Islam, Vol 03, Nomor 02, Desember 2013), hlm. 348. 

[5] Ibid. 

[6] Khilfa Adib, TRAFFICKING DAN PROSTITUSI STUDI KASUS Gang Dolly Surabaya, (Skripsi: UIN Syarif Hidayahtulah, 2009), hlm. 11. 

[7] Ibid. 

[8] Cemi Fitrianai Jamal, POLITIK PROSTITUSI KOTA SURABAYA (Studi Deskriptif: Eksistensi Dolly), (Skripsi: Universitas Airlangga, 2010) hlm. 20. 

[9] Ibid. 

[10] Retnaningsih, H, Dampak Sosial Penutupan Lokalisasi Dolly, (Jurnal Info Singkat Kesejahteraan Sosial : Vol. VI, No. 13/I/P3DI, Juli 2014) hlm. 2. 

[11] Hermawan Diasmanto, Dolly Ditutup, Prostitusi Menghilang? (Kamis, 09 Juni 2011, 15:11 WIB, www.republika.co.id, Berita Online: http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/11/06/09/lmik38-dolly-ditutup-prostitusi-menghilang) Diakses 25 April 2015 pukul 19.00 wib. 

[12] Ibid. 

[13] Moch Andriansyah, Gang Dolly masih kokoh, tak goyah ancaman 'singa betina', (Minggu, 25 Mei 2014 09:34, http://www.merdeka.com, Berita Online, http://www.merdeka.com/peristiwa/gang-dolly-masih-kokoh-tak-goyah-ancaman-singa-betina.html), Diakses 30 April pukul 20.00 wib. 

[14] Diananta P. Sumedi, Dikritik DPRD, Risma: Penutupan Dolly Rencana Lama, (Selasa, 06 Mei 2014, 16:46 wib, www.tempo.co, Berita Online, www.tempo.co/read/news/2014/05/06/058575851/Dikritik-DPRD-Risma-Penutupan-Dolly-Rencana-Lama) diakses 27 April 2014 pukul 19.00 wib. 

[15] mukafi niam, GRS-Ikamra Dukung Penutupan Lokalisasi Dolly Surabaya, (Jumat, 23/05/2014 09:02, www.nu.or.id, Berita Online : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,2-id,52176-lang,id-t,GRS+Ikamra+Dukung+Penutupan+Lokalisasi+Dolly+Surabaya-.phpx ) diakses 27 April 2014 pukul 19.00 wib. 

[16] Moch. Andriansyah, Masalah perut jadi alasan penghuni Dolly menolak ditutup, (Minggu, 25 Mei 2014 11:02, http://www.merdeka.com, Berita Online : http://www.merdeka.com/peristiwa/masalah-perut-jadi-alasan-penghuni-dolly-menolak-ditutup.html) diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[17] Retnaningsih, H., Op. Cit., hlm 1. 

[18] Ibid. 

[19] Kurnaiwan, D, Gelar Upacara Bendera, PSK Deklarasikan Dolly Kembali Dibuka, (23 Juni 2014, at 20:32 wib, www.news.liputan6.com: Berita Online, http://news.liputan6.com/read/2067641/gelar-upacara-bendera-psk-deklarasikan-dolly-kembali-dibuka ) diakses 30 April 2015 pukul 20 wib. 

[20] Retnaningsih, H, Op. Cit., hlm 1. 

[21] Muhamad Nuradani, Lokalisasi Dolly ditutup, (on 21 Jun 2014 at 18:24 WIB, http:// liputan6.com, Berita Online: http://news.liputan6.com/read/2066763/lokalisasi-dolly-ditutup) diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[22] Ibid. 

[23]Achmad Faizal, Inilah Kasus yang Menimpa Anak di Dolly (Kamis, 3 Juli 2014 | 11:13 WIB, www.kompas.com, Berita Online: http://regional.kompas.com/read/2014/07/03/1113030/Inilah.Kasus-kasus.yang.Menimpa.Anak.di.Dolly) diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[24] Sugiyarto, Gang Dolly Mencekam Menjelang Penutupan, (Rabu, 18 Juni 2014 22:18 WIB, www.tribunnews.com, Berita Online: http://www.tribunnews.com/regional/2014/06/18/gang-dolly-mencekam-menjelang-penutupan) diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[25] Ibid. 

[26] Nafiysul Kodar, Pasca-Ditutup, Warga Gang Dolly Tetap Beraktivitas Seperti Semula, (on 19 Jun 2014 at 13:37 WIB, www.liputan6.com, Berita Online: http://news.liputan6.com/read/2065621/pasca-ditutup-warga-gang-dolly-tetap-beraktivitas-seperti-semula) diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[27] Muhamad Nuradani, Op. Cit. 

[28] Ibid. 

[29] metrotvnews.com, Polisi Tetapkan 11 Tersangka Kasus Gang Dolly (05 Agustus 2014 12:29 wib, , Berita Online: http://news.metrotvnews.com/read/2014/08/05/273578/polisi-tetapkan-11-tersangka-kasus-gang-dolly) diakses 20 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[30] Ibid. 

[31] Dian Kurniawan, Setelah Diprotes, Papan Larangan Prostitusi Berdiri di Gang Dolly, (on 27 Jul 2014 at 18:16 WIB, www.liputan6.com, Berita Online: http://news.liputan6.com/read/2084075/setelah-diprotes-papan-larangan-prostitusi-berdiri-di-gang-dolly) diakses diakses 20 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[32] Muhamad Nuramdani, Op. Cit. 

[33] www.tempo.co, Pasca-Penutupan Dolly, Risma: PR Saya Makin Berat,( KAMIS, 19 JUNI 2014 | 18:17 WIB, Berita Online: http://www.tempo.co/read/news/2014/06/19/058586495/Pasca-Penutupan-Dolly-Risma-PR-Saya-Makin-Berat diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[34] Yoni Iskandar, Warga Dolly Tunggu Janji Sejahtera, Pasca Penutupan Lokalisasi, (Rabu, 29 Oktober 2014 12:01 WIB, www.tribunnews.com, Berita Online: http://www.tribunnews.com/regional/2014/10/29/warga-dolly-tunggu-janji-sejahtera-pasca-penutupan-lokalisasi) diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[35] Caroline Damanik, Beginilah Wajah Gang Dolly Kini...(3), (Rabu, 29 Oktober 2014 | 15:07 WIB, www.kompas.com, Berita Online: http://regional.kompas.com/read/2014/10/29/15075771/Beginilah.Wajah.Gang.Dolly.Kini.3.) diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[36] Retnaningsih, h, Op. Cit. 

[37] Mohammad Arief Hidayat, Mohammad Zumrotul Abidin, Risma Bangun Lapangan Futsal di Eks Dolly, (Kamis, 23 April 2015 | 14:38 WIB, http://news.viva.co.id/ Berita Online: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/617613-risma-bangun-lapangan-futsal-di-eks-dolly) diakses 30 April 2015 pukul 20.00 wib. 

[38] Ibid. 

[39] Nurul Arifin, Risma Tantang Pemuda Eks Lokalisasi Dolly, (Selasa, 3 Maret 2015 - 00:49 wib, http://news.okezone.com/, berita Online: http://news.okezone.com/read/2015/03/03/340/1112824/risma-tantang-pemuda-eks-lokalisasi-dolly) dikases 30 April 2015 pukul 20.00 wib
Title : Contoh Paper Sejarah Perkotaan (Menuju Kota Surabaya Bebas Prostitusi: Penutupan Lokalisasi Dolly 2014)
Description : Pendahuluan  Perkembangan kota memberikan berbagai pengaruh bagi masyarakat secara luas baik pengaruh positif maupun negatif. Saat ini...

4 Responses to "Contoh Paper Sejarah Perkotaan (Menuju Kota Surabaya Bebas Prostitusi: Penutupan Lokalisasi Dolly 2014)"

Facebook

Dilindungi