BAB I
PENDAHULUAN
Berlin merupakan ibukota negara Jerman yang mempunyai sejarah yang sangat menarik untuk dipelajari. Kelebihan dari kota itu adalah arsitektur bangunan yang luar biasa klasik dan mencengangkan. Museum-museum yang tersedia membuat Berlin surga dari pecinta sejarah khususnya sejarah Eropa. Berlin memang merupakan kota turis, terlihat dari para Berliners (istilah penduduk Berlin) yang bersedia membantu turis-turis untuk tanya jalan, dan lancarnya mereka berbahasa Inggris.
Selain sebuah kota, Berlin juga merupakan satu dari 16 negara bagian Jerman, yang berperan sebagai pusat kegiatan perpolitikan Uni Eropa, serta sebagai metropolitan tersibuk di Eropa. Kota ini juga dijadikan sebagai pusat lalu lintas kegiatan ekonomi, budaya, pendidikan, politik, dan sains di Jerman. Ekonomi kota ini berbasis industri teknologi tinggi dan sektor jasa, ditambah beberapa sektor industri kreatif, media, dan arena konvensi. Berlin juga berperan sebagai penghubung utama kereta dan transportasi udara di Eropa dan tempat destinasi wisata populer.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Perkembangan Kota Berlin
Berlin berdiri pada tahun 1230. Kota ini merupakaan bekas ibukota Kerajaan Prusia, menjadi ibukota Kekaisaran Jerman pada masa pembentukannya di tahun 1871. Bahkan sejak saat itu, Berlin telah menjadi kota penting bagi Jerman dalam sejarah politik. Kota ini memperoleh tempat terhormat di dunia Internasional pada masa pemerintahan Frederick William sang Pemilih Agung dan Frederick II yang Agung pada abad ke 17 dan 18, dan memancarkan daya tarik luarbiasa pada abad ke 19, ketika Universitas Humboldt di Berlin Timur menarik minat para pemikir besar seperti Georg Hegel dan mempengaruhi para teoritikus seperti Karl Max.[1]
Sebagaimana arsitektur Berlin ditandai dengan gedung-gedung megah dan koleksi seni, demikian pula sejarah Berlin ditandai oleh gerakan-gerakan yang intens dan dilaksanakan sepenuhnya. Dari Revolusi 1848 hingga Perang Dunia I, sampai dengan munculnya kebudayaan yang penuh gairah ditahun 20’an bersama budaya kabaretnya, sifat mistis kota ini telah tergeser dan tenggelam.[2]
Di tahun 1922 Berlin adalah pelabuhan terbesar kedua di dunia dengan sistem kereta api listrik yang luas yang disebut S-Bahn yang menghubungkan Berlin ke kota-kota dan desa-desa tetangga. Selama tahun 1920-an, Berlin mencapai puncak budaya yang kaya, termasuk arsitek terkenal, ilmuwan, dan penulis seperti Albert Einstein, Walter Gropius, dan Bertolt Brecht. Friedrichstrasse menjadi jalan belanja hidup selama abad 20-an.
B. Tembok Berlin
Tanggal 13 Agustus 1961, Jerman Timur mulai memasang palang di setiap jalan di Berlin Timur yang menuju ke Berlin Barat. Pembangunan tembok Berlin oleh Jerman Timur dan Uni Soviet dimaksudkan untuk menghentikan arus pengungsi dari Jerman Timur ke Jerman Barat. Dalam tujuh bulan awal tahun 1961 saja, jumlah pengungsi Jerman Timur mencapai lebih dari 150.000 orang. Pada tahun-tahun sebelumnya bahkan jumlahnya hampir mencapai tiga juta orang. Kebanyakan pengungsi adalah pemuda yang memiliki kualifikasi tinggi di berbagai bidang pekerjaan.
Pada 49 tahun yang lalu, pemisahan kedua Jerman mulai terlihat jelas saat tentara Jerman Timur, yang didukung Uni Soviet, memasang kawat berduri dan batu-batu bata. Pembangunan itu membelah Berlin menjadi dua, bagian timur dikendalikan Soviet dan di bagian barat diawasi oleh tiga negara demokratik, yaitu Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis.
Tembok ini didirikan pada tanggal 13 Agustus 1961 oleh pemerintahan komunis Jerman Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht karena Berlin Barat adalah sebuah 'lubang' di negara mereka.[3] Antara tahun 1949 sampai tahun 1961 sudah lebih dari 2 juta penduduk Jerman Timur melarikan diri lewat Berlin. Hal ini membuat ekonomi Jerman Timur menjadi kedodoran, karena kebanyakan orang-orang yang masih muda yang melarikan diri. Maka secara rahasia dan tiba-tiba tembok ini dibangun.[4]
Laman The History Channel mengungkapkan bahwa beberapa tahun berikutnya, pembatas itu dibuat permanen sehingga dikenal dengan nama Tembok Berlin. Tembok itu tak hanya membelah Jerman, yaitu Jerman Timur dan Jerman Barat, namun juga menjadi ikon Perang Dingin - yang sarat dengan persaingan politik dan militer antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Dalam 12 tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, antara 2,5 juta hingga 3 juta warga Berlin Timur melakukan eksodus ke Berlin Barat demi mencari penghidupan yang lebih baik. Sedangkan di tengah masa pembangunan Tembok itu, sebanyak 1.000 warga di Berlin Timur setiap hari mengungsi ke Barat.
Itulah sebabnya pemerintah komunis Jerman Timur, dengan restu Soviet, tidak hanya membangun tembok, namun juga menerapkan penjagaan bersenjata untuk mencegah eksodus berikut. Pada 9 November 1989, seiring dengan pudarnya dominasi Soviet, rakyat di Jerman Timur memutuskan untuk merubuhkan Tembok Berlin. Perubuhan itu akhirnya mengarahan kepada penyatuan kembali Jerman pada 3 Oktober 1990.
C. Runtuhnya Tembok Berlin
Tanggal 9 November 1989, hari runtuhnya Tembok Berlin, menandai titik puncak dari perkembangan yang mirip revolusi. Peran utama dalam proses itu dipegang oleh para warga Jerman Timur: Ada sebagian yang berusaha keras untuk meninggalkan negara yang menolak memberikan kebebasan kepada mereka untuk bepergian, dan yang memasuki areal kedutaan besar RFJ di negara tetangga untuk memaksakan keberangkatan itu. Ada pula sebagian warga yang menyuarakan dengan keras keinginan untuk tetap tinggal di RDJ. Namun kelompok yang terakhir menuntut langkah reformasi mendasar yang tidak dapat diambil oleh rezim yang berkuasa tanpa mengawali kejatuhannya sendiri. Dalam jangka waktu beberapa bulan saja, desakan ganda itu membuat RDJ berantakan seperti rumah di atas pasir, biarpun tindakan pengamanannya sangat ketat. Berkat perombakan itu terbuka jalan untuk mengatasi pembelahan dan mencapai reunifikasi Jerman pada tanggal 3 Oktober 1990.[5]
Pada awal tahun 1989 jarang ada orang di Jerman, baik di barat maupun di timur, yang memperkirakan kalau hari jadi ke-40 dari RDJ yang bakal diperingati pada musim gugur tahun itu akan menjadi hari jadi Jerman Timur yang terakhir, bahwa Tembok Berlin akan segera hilang, dan bahwa Jerman yang terbelah dalam dua negara akan menjadi satu kembali. Tak seorang pun menduga pada waktu itu, bahwa sebagai akibatnya konstelasi politik global yang sejak empat dasawarsa lebih menentukan kenyataan politik di Eropa di era pascaperang, akhirnya akan lebur. Akan tetapi tiba-tiba seluruh keadaan berubah. Roda sejarah yang selama puluhan tahun berputar dengan perlahan-lahan saja di Eropa, sekonyong-konyong mulai bergerak cepat, sampai akhirnya kecepatannya tak tertahankan lagi. Oleh perkembangan yang terjadi dengan begitu cepat para pengamat pun tertegun, biarpun mereka hanya mengamatinya tanpa turut campur sendiri. Pada tanggal 12 September 1990, hanya sepuluh bulan setelah runtuhnya Tembok Berlin, Perjanjian Dua-plus-Empat membuka jalan menuju reunifikasi Jerman.
Jerman Timur, sebagai salah satu simbolisasi yang kuat dari keberadaan komunis di Eropa mau tak mau ikut terpengaruh oleh kondisi global yang mengkhawatirkan tersebut. Selama tahun 1980-an, ekonomi kapitalis Jerman Barat menjadi makmur, sedangkan ekonomi komunis Jerman Timur semakin merosot.
Selain itu, suplai barang-barang dan jasa ke Jerman Timur membuat memengaruhi sumber penghasilan Barat. Industri yang dulu tidak perlu bersaing karena didukung oleh pemerintah Jerman Timur harus diswastanisasikan, seringkali hal ini menghasilkan kebangkrutan mereka.
Sebagai akibat persatuan ulang, kebanyakan daerah Jerman Timur telah kehilangan industrinya, menyebabkan suatu pengangguran yang bisa sebesar kira-kira 25 % di beberapa bagian daerah. Semenjak itu, ratusan ribu warga mantan Jerman Timur secara berkesinambung berhijrah ke wilayah barat untuk mencari pekerjaan. Hal ini menyebabkan wilayah timur kehilangan tenaga-tenaga kerja profesional.
Bisa ditebak, efek dopler dari hancurnya komunisme di Soviet juga merambah sampai ke Jerman Timur. Sebagai simbol dari kemakmuran komunisme, tiadanya Jerman Timur membuat komunisme semakin tenggelam dan untuk kemudian semakin tak populer, tak terdengar lagi gaungnya di dunia internasional.
Runtuhnya Tembok Berlin menjadi simbol kegagalan komunisme di Eropa Timur. Dalam setahun Jerman secara formal telah bersatu dan pemerintahan komunisme di seluruh Eropa Timur digantikan oleh embrio demokrasi.[6]
D. Kota Berlin dari tahun 1957 hingga sekarang
Berikut ini adalah periodesasi kota Berlin:[7]
· 1957: Perjanjian-Perjanjian Roma
Republik Federal Jerman termasuk di antara enam negara yang menandatangani perjanjian pendirian Masyarakat Ekonomi Eropa di Roma.
· 1961: Pembangunan Tembok Berlin
Pada tanggal 13 Agustus 1961, RDJ menutup wilayahnya dengan membangun tembok di tengah kota Berlin dan dengan ”koridor maut“ sepanjang perbatasan antara kedua negara Jerman.
· 1963: Perjanjian Elysée
Perjanjian Persahabatan Jerman- Perancis di-tandatangani oleh Kanselir Federal Konrad Adenauer (kanan) dan Presiden Perancis Charles de Gaulle.
· 1970: Berlutut di Warsawa
Isyarat Kanselir Federal Willy Brandt (SPD) pada monumen untuk para korban pemberontakan di kampung Yahudi di Warsawa menjadi simbol permintaan Jerman akan rekonsiliasi.
· 1989: Runtuhnya Tembok Berlin
Berkat revolusi secara damai di RDJ, malam hari pada tanggal 9 November Tembok Berlin runtuh. Dengan demikian perbatasan antara Jerman Timur dan Jerman Barat sudah tidak ada.
· 1990: Reunifikasi Jerman
Pada tanggal 3 Oktober berakhirlah eksistensi RDJ. Persatuan negara Jerman telah dipulihkan. Pada tanggal 2 Desember 1990 berlangsung pemilihan pertama untuk Bundestag yang diadakan di seluruh Jerman. Helmut Kohl (CDU) menjadi Kanselir Federal pertama dari Jerman Bersatu.
· 2004/2007: Perluasan Uni Eropa
Setelah Uni Sovyet bercerai-berai dan komunisme jatuh, delapan negara Eropa Tengah dan Eropa Timur serta Siprus dan Malta bergabung dengan UE. Bulgaria dan Rumania menyusul 2007.
BAB III
KESIMPULAN
Pada dasarnya Berlin merupakan salah satu kota besar sekaligus ibukota Jerman. Kota ini berdiri pada tahun 1230 dan telah mengalami pertempuran-pertempuran seperti Perang Dunia II dan Perang Dingin. Dahulu Jerman terbagi menjadi dua yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin. Perubahan jumlah populasi masyarakat di Jerman terlihat terutama pasca terjadi Perang Dunia II. Korban jiwa di Jerman cukup banyak sehingga jumlahnya menurun drastis.
DAFTAR PUSTAKA
Hangen Welles. 1966. The Muted Revolution. New York: Alfred.A.Knopf.
Thompson J.M. 2009. Keadilan dan Perdamaian. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
http://apachemask.wordpress.com/2011/08/16/berlin-jerman-didirikan-pada-tahun-1230/ diakses 25 November 2014 pukul 20.00 WIB.
http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://people.umass.edu/latour/Germany/ljennings/&prev=search diakses 24 November 2014 pukul 16.30 WIB.
http://meiharls.blogspot.com/2011/04/tembok-berlin diakses 24 November 2014 pukul 16.45 WIB.
http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/geschichte/inhaltsseiten/1950-masa-sekarang.html?type=1 diakses 25 November 2014 pukul 16.00 WIB.
[1] Sejarah Berlin, diakses dari http://apachemask.wordpress.com/2011/08/16/berlin-jerman-didirikan-pada-tahun-1230/ diakses 25 November 2014 pukul 20.00 WIB.
[2] Journal Urban History about Berlin, diakses dari
http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://people.umass.edu/latour/Germany/ljennings/&prev=search diakses 24 November 2014 pukul 16.30 WIB.
[3] Hangen Wales, The Muted Revolution, (New York: Alfred.A.Knopf, 1966), hlm. 118.
[4] Tembok Berlin, diakses dari http://meiharls.blogspot.com/2011/04/tembok-berlin diakses 24 November 2014 pukul 16.45 WIB.
[5] Ibid.
[6] Thompson J.M., Keadilan dan Perdamaian. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hlm. 39.
[7] Fakta Mengenai Jerman, diakses dari
http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/geschichte/inhaltsseiten/1950-masa-sekarang.html?type=1 diakses 25 November 2014 pukul 16.00 WIB.
Description : BAB I PENDAHULUAN Berlin merupakan ibukota negara Jerman yang mempunyai sejarah yang sangat menarik untuk dipelajari. Kelebihan dari kota ...
0 Response to "MAKALAH Tentang SEJARAH KOTA BERLIN"