GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL DI KERAJAAN MAJAPAHIT ABAD XIV

A. Klasifikasi Kota

Majapahit (abad 14-15 M) merupakan salah satu situs tonggak penting di dalam sejarah Indonesia. Sebagai sebuah pusat peradaban, segala aspek tercakup di dalamnya, seperti aspek sejarah dan politik, aspek ekonomi dan perdagangan, aspek religi, aspek arsitektur, seni, aspek teknologi, aspek pemukiman (kota dan desa), dan sebagainya. Kota Majapahit masuk ke dalam klasifikasi Kota Indonesia Lama atau Tradisional (early Indonesian Town/traditional Town). Sesuai dengan cirinya yaitu tata ruang dan struktur kota tersusun atas dasar landasan tradisi pemikiran kosmologis dan sosio kultural. Tema yang diambil adalah ekologi kota atau penggunaan lahan kota yang mencakup kemajuan teknologi seperti pembuatan jalan, jembatan, bangunan, saluran air dan pembangunan perumahan. Namun tulisan akan kami fokuskan khususnya kepada teknologi air yang berkembang di Kota Majapahit abad XIV.



Menurut Osrifoel Oesman, sebagai suatu kota, Majapahit mempunyai tiga kategori ruang. Pertama, ruang makro yang terletak di luar kanal. Kedua, pusat kota metropolitan yang berada di sepanjang jaringan kanal. Ketiga, permukiman yang seperti kaveling yang terdiri atas kelompok rumah-rumah dalam satu tembok keliling. Juga, terdapat pengelompokkan rumah berukuran besar, sedang, dan kecil.

Telaah kondisi geografis masa lampau bukanlah hal yang mudah, ini dikarenakan keterbatasan sumber informasi dan data sekunder mengenai kondisi geografis secara lengkap dari masa lampau. Hanya sedikit peninggalan yang menjelaskan mengenai kondsi georgafis pada masa lampau. Berdasarkan pada informasi yang ada yakni dari peninggalan purbakala yang alami dan artifical maka dapat dibuat suatu interpretasi keadaan geografis masa lampau suatu daerah, dalam hal ini Kerajaan Majapahit.

Interpretasi kondisi geografis masa lampau didasarkan atas beberapa konsep dasar sebagai berikut :

1. Proses fisikal dan hukum-hukumyang bekerja/berlangsung saat sekarang juga telah bekerja sepanjang zaman geologi meskipun intensitasnya tidak perlu sama dengan yang sekarang.

2. Proses-proses geomorfik meninggalkan bekas yang nyata [ada bentang alam, dan setiap proses geo-morfik akan berkembang sesuai dengan karakteristik bentuk lahannya.

3. Sebagian besar dari topografi permukaan bumi tidak lebih tua dari zaman Plestosen.

4. Interpretasi yang tepat terhadap bentang alam saat sekarang adalah tidak mungkin tanpa memperhatikan pengaruh perubahan geologi dan iklim pada zaman plestosen.[1]

Atas dasar pertimbangan konsep dasar tersebut maka dapat dinterpretasikan bahwa kondisi geografis daerah Kerajaan Majapahit dan sekitarnya banyak mengalami perubahan salah satunya karena adanya aktivitas gunug berapi yang letaknya di sebelah selatannya (Gunung Api Anjasmoro, Kelud, dan Penanggungan). Namun di dalam kitab Negarakertagama disebutkan bahwa paman Raja Hayam Wuruk, Bhre Singhasari, tahun akan hal ikhwal di desa-desa diseluruh Pulau Jawa, sehingga dapat dipahami bahwa yang dihitung bukan hanya berbagai jenis tanah seperti sawah, pegagan, tegal, kebur, padang, hutan, rawa-rawa, sungai, tepian, lembah dan bukit, tetapi jumlah penduduk atau sekurang-kurangnya jumlah kepala keluarga (Boechari, 1982). Informasi adanya sawah, sungai, lembah dan rawa-rawa di dalam kitab Negarakertagama tersebut dapat diasosiasikan bahwa iklim pada waktu itu beriklim tropis basah, karena sungai, lembah dan rawa dapat terjadi di daerah tropis, keadaan ini tidak jauh berbeda dengn keadaan Trowulan saat ini.[2]
B. Kondisi Geografis

1. Iklim

Atas dasar klasifikasi tipe iklim menurut Koppen dapat disimpulkan bahwa daerah Trowulan dan sekitarnya termasuk tipe Aw. Daerah yang bertipe iklim Aw berarti memiliki musim kemarau yang panjang. Namun tipe iklim di daerah hulu-hulu sungai yang mengalir melalui daerah Trowulan, yaitu yang terdapat di sebelah selatannya memiliki tipe iklim Cw. Tipe iklim di daerah sebelah selatan daerah Trowulan yang merupakan pegunugan mempunyai curah hujan yang relatif lebih tinggi. Hal ini berarti bahwa daerah pegunungan tersebut memberi imbuhan air yang banyak ke daerah bawah. Oleh karena daerah pegunungan di sebelah selatan tersebut pada umumnya berlereng curam maka air hujan banyak menjadi aliran permukaan. Oleh sebab itu apabila tidak ada tandon air di bawah kemungkinan air kurang mencukupi sepanjang tahun. 

Dalam kaitannya dengan penyediaan air di daerah Kerajaan Majapahit di daerah atas (hulu) dibuat waduk. Menurut penelitian geologi yang dilakukan tahun 1926, 1977, dan 1980 di derah Trowulan dan sekitarnya terdapat 18 waduk, besar dan kecil yang dilengkapi dengan sejumlah saluran-saluran irigasi yang lebar maupun sempit .[3]

2. Geologi

Berdasarkan Peta Geologi Jawa dan Madura Lembar III, skala 1:500.000 (th 1977), dan Peta Geologi Jawa dan Madura Lembar IX, skala 1:500.000 (tanpa angka tahun), daerah Trowulan dan sekitarnya tersusun oleh endapan vulkanik Kwarter Tua. Berdasarkan penelitian Sampurno dkk. (1990, dalam Sartono. S. Dan Bandono, 1991) tanah pembentuk wilayah pusat kerajaan Majapahit dan sekitarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 
Di daerah Kedaton dan Segaran umumnya terdiri atas pasir sedang hingga halus, abu-abu, bersifat lepas dan kadang-kadang ditemukan lapisan tufa berwarna putih; 
Di daerah Candi Bajang Ratu, dan Candi Tikus didapatkan tanah campuran dengan pasir, dan kadang-kadang tercampur dengan pecahan bata dan keramik, di atasnya oleh pasir tufa berwarna putih. 

3. Geomorfologi

Atas dasar analisis pera geologi, peta topografi, peta hidrologi dan data iklim, daerah Trowulan dan sekitarnya dapat dibedakan menjadi beberapa suatu bentuk lahan, yaitu dataran aluvial, dataran fluvio vulkanik, kipas fulvio vulkanik dan tubuh vulkan (yang terdiri atas kaki, lereng dan puncak vulkan).

Dataran aluvial terdapat di sebelah utara Trowulan ke arah Mojokerto. Dataran aluvial terbentuk oleh aktivitas aliran air. Dataran fluvio vulkanik terdapat di sebelah barat Trowulan, meluas ke arah selatan dari Mojoagung, topografinya pada zaman dulu menggambarkan landai. Meterial penyusun dataran pluvio vulkanik adalah material yang berasal dari kompleks Gunung Api Arjuna dan Kelud. Dataran kipas fluvio vulkanik meluas dari daerah Trowulan ke arah asia tenggara. Disebut sebagai kipas fluvio vulkanik karena daerah tersebut topografinya menyerupai bentuk kipas anginyang terbentuk oleh proses Fluvial dengan material bahan vulkanik.

4. Tata Air

Di daerah Trowulan dan sekitarnya terdapat dua sitem sungai, yaitu daerah aliran sungai (DAS) Gunting dan daerah aliran sungai (DAS) Brangkal. Kedua aliran sungai tersebut berasal dari gunung api yang pada umumnya bersifat permanen[4], dan sedikit banyaknya air mengalir sesuai dengan musim di tempat tersebut. Kondisi air tanah di daerah Trowulan dan sekitarnya pada umumnya baik, maka ketersediaan air untuk menopang kebutuhan kerajaan Majapahit mencukupi.

Tinggalan arkeologis yang berkaitan dengan air seperti Segaran, pola saluran yang berpola saling sejajar dan saling tegak lurus, maka timbul pertanyaan apakah fungsi daripada tinggalan tersebut. Ada kemungkinan besar bahwa tinggalan yang berupa bekas saluran yang berpola tersebut berkaitan dengan ketersediaan air pada musim kemarau, disamping untuk drainase. Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
C. Wilayah Kekuasaan

Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada abad XIV, yakni pada masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389) hal ini diinterpretasikan berdasarkan keterangan-keterangan dalam kitab Negarakertagama, di sana ditunjukkan wilayah pengaruhnya meliputi wilayah lebih luas daripada kepulauan Nusantara saat ini. Puncak kejayaan yang diperoleh oleh Hayam Wuruk dalam pencapaiannya dibantu oleh Patih Hamangkhubumi Gajah Mada. Cita-cita wawasan Nusantara telah dicetuskan dalam sumpah tan amukti palapa atau lebih dikenal dengan istilah sumpah palapa di hadapan raja Tribhuwana (Ayah Raja Hayam Wuruk). Akhirnya, wawasan nusantara dapat dicapai, bahkan meluas ke berbagai negara di Asia Tenggara. 

Seluruh wilayah Nusantara dapat dipersatukan dalam satu paji-panji kerajaan Majapahit. Pengaruh kekuasaan dan kerjasama Majapahit meluas sampai ke luar nusantara. Kerjasama itu dilakukan dengan kerajaan-kerajaan kecil di Malaya, Siam, ayuthia, Langor, Singapura, Campa, Kambodia, Anam, India dan Cina.
D. Struktur Sosial

Di dalam kitab Negarkertagama dijelaskan mengenai masyarakat Majapahit tidak hanya struktur sosial berserta stratifikasinya, tetapi juga struktur kekuasaan beserta hirarki dan berbagai elite kekuasaannya.

Diferensiasi dan stratifikasi sosial masyarakat di kerajaan Majapahit jauh lebih sederhana daripada masyarakat industri. Agama dan pemerintahan memegang peranan yang sangat penting dalam terjadinya integrasi, yakni ada yang disebut integrasi kepercayaan dan ritual dan pemerintahan integrasi dalam hal hukum dan kekuasaan.[5] Mengingat bahwa masyarakat Majapahit itu sendiri bersifat statis yang menganut sistem kepercayaan Hindu-Budha yang kuat maka dalam penentuan kelas-kelas sosialnya sudah jelas mengikuti aturan sistem kasta seperti yang berlaku di India. Walaupun dalam realitasnya masyarakat Majapahit termasuk pada masyarakat yang terbuka namun mereka memiliki kesadaran diri dan cara hidup yang membuat perbedaan antara bangsawan dan penduduk biasa.

Di puncak struktur sosial didapati kelas penguasa yang turun temurun, terdiri dari raja dan keluarga raja. Dari sistem kasta keluarga raja dianggap sebagai penjelmaan dari dewa, dan tidak dapat dimasukan dalam kategori sistem empat kasta karena mereka ditempatkan diatas manusia biasa. Kaum bangsawan tidak menjalankan pengaruhnya secara langsung pada politik kerajaan, karena menempatkan dirinya di bawah posisi keluarga raja atau keluarga golongan kelas yang berkuasa.[6]

Sistem kasta yang berlaku di kerajaan Majapahit sama seperti sistem kasta yang ada di India, yakni sebagai berikut:

1) Kasta Brahmana, yang terdiri dari golongan kaum rohaniawan, yang tugasnya membimbing masyarakat yang berada di bawahnya. Dalam tugas menyebarkan agama hanya dari golongan kasta inilah yang berhak mengajarkan ajaran Hindu-Budha.

2) Kasta Ksatria, ini terdiri dari para pegawai pemerintahan seperti mentri, bupati, abdi negara. Golongan ini kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh negara.

3) Kasta Waisya, golongan ini terdiri dari para penduduk desa yang berprofesi sebagai petani. Golongan inilah yang menjamin ketersediaan pangan seluruh warga. 

4) Kasta Sudra, yang terdiri dari para pedagang dan saudaga.[7]

Adanya golongan yang didiskriminasi secara sosial mungkin sekali yang menjadi sebab golongan priya di dalam struktur masyarakat Majapahit dinyatakan sebagai candala, mlecca atau tucca.[8]

Tiap-tiap kelompok di dalam sistem politik pada umumnya menentukan posisi yang mereka duduki dalam strata sosial. Pembagian pangkat dan prestise dilakukan menurut posisi dan hiraki kekuasaan, sedang kekayaan dalam sistem status menjadi determinan kedua. Pada intinya hirarki meliputi penguasa, pejabat-pejabat tinggi dan bawahan mereka.

Struktur sosial pun mempengaruhi pola pemukiman yang berkembang di Jawa pada waktu itu. Bangunan tempat tinggal raja dibangun di tengah dikelilingi oleh rumah-rumah pejabat pemerintahan dan perwira setianya.[9] Pemukiman penduduk ada disekelilingnya adapun pemukiman penduduk yang berada di pedalaman dan memiliki sifat agraris yang tertutup yakni, pemukimannya terpencar di lembah-lembah sungai dan di pegunungan-pegunungan. 
E. Aspek Perkotaan 
Ekonomi 

Ekonomi dapat dipandang sebagai salah satu faktor penting dalam menunjang keberadaan suatu kerajaan, karena faktor ini sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya, baik kehidupan sosial, politik maupun kehidupan budaya. Di dalam usaha untuk mengembangkan kehidupan perekonomiannya, Kerajaan Majapahit sangat mengandalkan keberhasilan sektor pertanian, disamping sektor industri dan perdagangan.[10] Sektor pertanian dijadikan sebagai penyangga kehidupan perekonomian Majapahit, ini dibuktikan dengan banyaknya temuan bukti-bukti arkeologis berupa bekas-bekas bendungan untuk irigasi. Bendungan-bendungan itu sudah menggunakan saluran-saluran irigasi yang sangat terencana.[11]

Kondisi geografis yang mendukung dan ditunjang dengan adanya ketersediaan air yang memadai membuat sektor pertanian menjadi sangat berkembang pada masa itu. Sektor pertanian menjadi sumber pemasukan bagi kas kerajaan dengan adanya sistem pajak yang diberlakukan bagi warga masyarakat petani. Besarnya pajak pun ditentukan berdasarkan jumlah hasil produksinya dan luas tanahnya.

Adapun dalam hal perdagangan Majapahit tidak hanya memperdagangkan hasil bumi mereka, tetapi juga menukarkannya dengan komoditi yang laku dalam perdagangan internasional pada waktu itu seperti rempah-rempah dari Indonesia bagian timur. Majapahit juga menjalin hubungan dagang dengan Cina khususnya sejak dinasti Song berkembang pesat. Ekspor merica menjadi komoditi primadona dengan Cina pada waktu itu sehingga ini memberikan keuntungan yang besar bagi Majapahit. 
Politik 

Otoritas politik ada ditangan raja, yang mana rakyat percaya bahwa raja adalah penjelmaan dari dewa, oleh sebab itu kerajaan Majapahit dapat digolongkan sebagai kerajaan teokrasi.[12] Komunitas politik Majapahit adalah kekuasaannya yang bersifat teritorial, struktur teritorial Majapahit bertalian dengan kepentingan yang bersifat kosmopolitis dan menjadi prototype struktur-struktur teritorial kerajaan-kerajaan Jawa dikemudian hari. Dalam pelaksanaannya politik dan agama dicampuradukkan dalam satu kepentingan legitimasi kekuasaan.

Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya seorang raja akan menjalankan beberapa taktik politik seperti melalui ikatan perkawinan dengan maksud menjamin kesetiaan keluarga para gubernur yang ia beri tugas untuk mengelola suatu wilayah. Dalam hal ini menunjukkan Majapahit mengarah pada sentralisasi administrasi dan monopoli dengan menggunakan orang kepercayaannya sebagai pelaksana yang dikepalai oleh raja. Ini digunakan sebagai suatu bentuk untuk melegitimasi kekuasaan seorang raja dan mencegah terjadinya pemberontakan. 

Posisi kepemimpinan masyarakat Majapahit tidak hanya dipegang oleh penguasa-penguasa wilayah atau pejabat-pejabat administrasi, akan tetapi juga dipegang oleh pendeta-pendeta, juru kunci tempat keramat dan juru magi. Ini pun dijadikan sebagai salah satu langkah politik untuk melegitimasi kekuasaan seorang raja, jadi kepercayaan dan kultus kuno menjadi sandaran penting bagi jabatan-jabatan raja Jawa.

Wilayah politik Majapahit semua komunitas politik pada umumnya tetap otonom. Mereka hanya membayar pajak atau upeti dan menyediakan tenaga kerja untuk raja, keluarganya dan stafnya. Komunitas-komunitas agama pada umumnya dibebaskan dari kewajiban-kewajiban tersebut. Pimpinan politik dipusatkan di tangan kekuasaan pusat, yang sedikit demi sedikit membuat penggolongan masyarakat sesuai dengan pemerintahan kerajaan.[13]
Budaya 

Banyak sekali tinggalan-tinggalan dari kerajaan Majapahit yang menunjukkan akan besarnya kebudayaan yang ada pada masa itu. Banyak ditemukan seperti bangunan candi, arca, relief-relief yang terdapat pada bangunan candi dan benda-benda lainnya, yang mana benda-benda tersebut ada yang terbuat dari keramik, batu, dan logam. 

Temuan-temuan seperti bata, genteng, miniatur bangunan, patung-patung kecil, joboong (dinding sumur), bak air, pipa air serta berbagai macam jenis wadah, ditemukan bersama-sama dengan kramik dari Cina, Vietnam, dan Thailan yang kebanyakan berasal dari abad XIII – XV M.[14] Banyak pula ditemukan patung-patung yang menunjukkan adanya hubungan kerajaan Majapahit dengan orang-orang Cina pada masa itu.

Penulis :
Rani Melina Deasy, Zulyani Evi, Dkk.              

[1] Sartono Kartodirdjo, dkk, 700 Tahun Majapahit (1293-1993) Suatu Bunga Rapai, Surabaya:Dinas Pariwisata Daerah Prov. Daerah Tk I Jawa Timur, 1992, hlm.15. 


[2] Ibid, hlm.16. 


[3] Ibid, hlm.17. 


[4] Ibid, hlm.23. 


[5] Ibid, hlm.39. 


[6] Ibid, hlm.39. 




[8] Opcit, hlm.43. 


[9] Ibid, hlm.124. 


[10] Ibid, hlm.175. 


[11] Ibid, hlm.156. 


[12] Ibid, hlm.35. 


[13] Ibid, hlm.38. 


[14] Ibid, hlm.238.
Title : GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL DI KERAJAAN MAJAPAHIT ABAD XIV
Description : A. Klasifikasi Kota Majapahit (abad 14-15 M) merupakan salah satu situs tonggak penting di dalam sejarah Indonesia. Sebagai sebuah pusa...

0 Response to " GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL DI KERAJAAN MAJAPAHIT ABAD XIV"

Facebook

Dilindungi