BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah adalah suatu hal yang unik di mana suatu peristiwa yang terjadi di belahan bumi yang lain ternyata membawa dampak bagi peristiwa yang berbeda di belahan bumi lain pula. Keterkaitan antara suatu peristiwa yang satu dengan yang lain membuat suatu rangkaian yang berkesinambungan sehingga dalam mempelajari sejarah mau tidak mau kita harus memperhatikan objek sejarah-di tempat lain-yang memiliki keterkaitan dengan peristiwa yang akan dipelajari. Hal inilah yang akan kami bahas di mana peristiwa-peristiwa yang terjadi di Eropa sana ternyata membawa perubahan besar terhadap nasib bangsa-bangsa asia yang hidup dalam penjajahan Bangsa Eropa.
Peperangan yang dikobarkan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte di Eropa yang bertujuan untuk menyatukan seluruh Eropa di bawah kekuasaa Perancis telah mengubah peta kekuasaan dan wilayah kerajaan-kerajaan besar di Eropa,termasuk daerah-daerah jajahannya. Oleh karena itu ketika Perancis berhasil menguasai Belanda maka jajahan Belanda-termasuk Hindia Belanda-Jatuh ketangan Perancis.Perubahan ini mengakibatkan Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) berada di bawah pendudukan Inggris. Namun Inggris yang merupakan lawan Perancis berhasil menguasai Hindia Belanda dan mendudukinya sampai saat Napoleon berhasil dikalahkan. Setelah Perancis kalah, Kerajaan Belanda menuntut pengembalian daerah-daerah mereka yang diduduki oleh Inggris.Proses diplomasi ini akan menghasilkan beberapa Perjanjian yang nantinya akaan memutuskan nasib Hindia Belanda.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang Napoleon (1799-1814)
Perang Napoleon adalah perang yang berlangsung antara tahun 1803 dan 1815. Perang ini adalah lanjutan dari konflik-konflik yang dipicu Revolusi Perancis dan mencakup masa sepanjang Kekaisaran Perancis Pertama.Perang inilah yang memicu perubahan status “kepemilikan”Hindia Belanda oleh Perancis, Inggris dan Belanda yang nantinya akan menjadi konflik yang berlarut-larut. Kadang perang ini disebut berlangsung pada sejak 1799 (tahun di saat Napoleon merebut kekuasaan) hingga 1815. Secara kolektif, masa perang yang berkelanjutan dari 20 April 1792 hingga 20 November 1815 juga kadang disebut Perang Hebat Perancis.
Hingga pecahnya Perang Saudara Taiping (1850-1864), perang ini adalah konflik terbesar dan paling berdarah dalam sejarah manusia. Perang ini dimulai tatkala Perancis yang mengalami kemelut kekuasaan pasca Revolusi Perancis. Akhirnya Napoleon yang pada waktu itu hanya merupakan Jenderal biasa berhasil mendapat dukungan dan tampil sebagai penyelamat Republik dan akhirnya ditunjuk sebagai Kaisar Republik Perancis. Napoleon berambisi menyatukan seluruh Eropa di bawah kekuasaan Perancis dan menyebarkan Prinsip-Prinsip Revolusi Perancis.
Ketika Napoleon berhasil menguasai Kerajaan Belanda, Raja Philip II melarikan diri ke London dan meminta perlindungan kepada Kerajaan Inggris. Kerajaan Inggris yang merupakan musuh utama Napoleon menyanggupi dengan syarat agar jajahan Kerajaan Belanda diberikan kepada Kerajaan Inggris. Sementara itu, Napoleon menunjuk adiknya yaitu Louis Bonaparte sebagai Raja Belanda dan bertugas memerintah Belanda beserta jajahannya,termasuk Hindia Belanda. Louis menunjuk Herman William Daendels sebagai Gubernur Jenderal Perancis di Hindia Belanda.
Tahun 1812 Napoleon mengadakan ekspedisi besar-beasaran yang berkekuatan 200.000 tentara untuk menyerbu Rusia dan dalam menjalankan usahanya itu ia memanggil Daendels untuk diikutsertakan dalam penyerbuan tersebut. Akhirnya Daendels digantikan oleh Janssen. Pada perkembangannya ekspedisi tersebut gagal dan Perancis mengalami kegagalan dalam penyerangan tersebut. Kondisi Napoleon yang kekuasaannya melemah tersebut membuat Raffles (seorang pegawai Inggris) mengajukan permohonan kepada Lord Minto di India untuk menyerang Hindia Belanda.
Permintaan tersebut disanggupi oleh Minto yang langsung memimpin penyerangan ke Batavia. Hindia Belanda akhirnya jatuh ketangan Pemerintah Inggris,tak lama setelah itu Napoleon mengalami kekalahan besar dalam peperangan Waterloo dan di buang untuk yang kedua kalinya ke Pulau Saint Helena. Setelah kekuasaan Perancis atas kerajaan-kerajaan Eropa lainnya seperti Austria, Prusia, Rusia dan Belanda berakhir, kerajaan-kerajaan tersebut mulai menata kembali batas-batas wilayah mereka kembali sebagaimana yang tertulis pada konferensi Wina tahun 1814, yang memutuskan bahwa Britania harus mengembalikan Jawa dan kekuasaan Hindia-Belanda lainnya kepada Belanda sebagai bagian dari persetujuan yang mengakhiri Perang Napoleon.
Kongres Wina 1814-1815
Konggres Wina adalah sebuah pertemuan antara para wakil dari kekuatan-kekuatan besar di Eropa. Pertemuan ini dipimpin oleh negarawan Austria, Klemens Wenzel von Metternich dan diadakan di Wina, Austria dari 1 September 1814 hingga 9 Juni 1815. Tujuannya adalah untuk menentukan kembali peta politik di Eropa setelah kekalahan Perancis hingga berakhirnya kekuasaan Napoleon pada musim semi sebelumnya.
Perbicangan dalam konggres ini tetap berlanjut meskipun Napoleon Bonaparte, mantan Kaisar Perancis kembali dari pengasingan dan melanjutkan kekuasaan di Perancis pada Maret 1815. Pasal Terakhir Kongres ditandatangani sembilan hari sebelum kekalahan terakhir Napoleon pada Pertempuran Waterloo. Secara teknis, "Konggres Wina" sebanrnya tidak pernah dilaksanakan, karena Kongres tersebut tidak pernah bersidang dalam sesi pleno, namun hanya berbincang dalam sesi-sesi informal yang dihadiri perwakilan dari para kekuatan besar Eropa.
Beberapa pemimpin dan wakil Negara Eropa yang hadir dalam Konggres Wina:
1. Pangeran Matternich (Austria)
2. Viscount Castlereagh (Britania Raya)
3. Tsar Alexander I (Rusia)
4. Charles Maurice de Talleyrand-Perigord (Perancis)
A. Peta Politik Eropa Sebelum Berlangsungnya Kongres Wina
Pada bulan Maret 1814, tentara Prancis dan Napoleon menyerah kepada pihak sekutu. Walaupun Napoleon telah menyerah dan berada di pengasingan, Revolusi Prancis ternyata membawa dampak yang luas bagi struktur social masyarakat Eropa. Masyarakat Eropa menjadi masyarakat yang terrtib secara social, ikatan lama seperti feodalisme, gerejani, dan system politik telah mengalami perubahan. Akan tetapi juga muncul kekhawatiran sebagai dampak dari perang yang terjadi, diantaranya adalah seberapa lama ketertiban social yang ada mampu bertahan.
Selain itu, sebagai dampak dari perang, mengakibatkan berubahnya peta politik di Eropa. Oleh karena itu pelaksanaan Kongres Wina lebih dimaksudkan untuk menyusun kembali pembangunan Eropa seperti sebelum dilanda perang koalisi.
Sebelum berlangsungnya Konggres Wina, negara–negara pemenang perang koalisi seperti Inggris, Austria, Rusia, dan Prusia mengadakan suatu pertemuaan di Chaumont yang di pelopori oleh menteri luar negeri Inggris Lord Castlereagh pada 1 maret 1814. Perjanjian Chaumont berhasil ditandatangani dan disepakati berlangsung selama 20 tahun. Isi perjanjian Chaumont yaitu sebagai berikut :
1. Jaminan kemerdekaan Negara Swiss
2. Penambahan wilayah bagi Negara Belanda
3. Membentuk konfederasi Negara-negara Jerman di bawah pimpinan Austria
4. Pembagiaan Italia
Hasil perjanjian Chaumont ini diperkuat oleh Perjanjian Paris 1 Mei 1814, yaitu suatu perjanjian perdamaiaan yang dibuat 4 Negara besar ditambah Spanyol, Portugal, Swedia, dan Perancis.
B. Pelaksanaan Kongres Wina
Kongres Wina berlangsung di Wina, Austria dari 1 September 1814 hingga 9 Juni 1815. Dalam Konggres Wina banyak permasalahan yang dibahas, akan tetapi masalah Saksen Polandia adalah masalah yang hangat dibicarakan. Seperti diketahui bahwa Polandia adalah daerah yang sangat strategis bagi Rusia. Tsar Alexander I lalu membujuk Prusia untuk mendukung agar wilayah Polandia diakui sebagai wilayah Rusia, akan tetapi Matternich dan Castlereagh tidak setuju dengan hal tersebut.
Pada saat genting tersebut, Perancis yang diwakili oleh Talleyrand menawarkan kesediaannya untuk mendukung Austria-Inggris. Tampilnya Perancis sebagai sekutu Austria-Inggris mengurungkan niat Rusia untuk memiliki Polandia. Kemudian sebagai imbalan atas bantuan yang diberikannya pada saat-saat genting tersebut, Perancis diterima untuk duduk bersama sebagai salah satu negara besar, dan berhak ikut serta membuat dan merundingkan keputusan-keputusan penting yang dicapai dalam Kongres Wina.
Kongres yang berakhir pada bulan Juni 1815, menghasilkan keputusan-keputusan penting yang ditandangani oleh negara - negara besar peserta kongres. Hasil Kongres Wina adalah sebagai berikut :
1. Russia diperluas wilayahnya dengan 2/5 wilayah kerajaan Saksen, ditambah lagi dengan daerah–daerah Poses dan Pommerania, sedang dibagian barat wilayahnya bertambah dengan wilayah–wilayah Rheindland dan Westhphalia.
2. Daerah - daerah milik Austria di Belanda Selatan digabungkan dengan Kerajaan Belanda dengan maksud agar Kerajaan Belanda cukup kuat untuk kemungkinan menahan ekspansi Perancis ke utara.
3. Austria tetap memiki wilayah Gacilia, dan memperoleh daerah Lombardia serta Venesia di Italia Utara. Kota Cracow (Polandia) dijadikan kota merdeka atau free city.
4. Suatu kondeferasi–konfederasi negara Jerman dibentuk dengan Austria sebagai ketuanya. Konfederasi ini beranggotakan 39 negara.
5. Wilayah–wilayah kerajaan gereja diserahkan kembali kepada Paus; sedangkan wilayah Toscana, Odena dan Parma ditempatkan dibawah pemerintahan keluarga–keluarga Habsburg (Austria). Kerajaan Sardinia diperluas wilayahnya.
6. Inggris berhasil memperoleh jaminan dari negara–negara besar, bahwa mereka akan menghapuskan perdagangan budak; dan jaminan pembukaan sungai–sungai tertentu untuk kepentingan lalu lintas perdagangan. Disamping itu, diperolehnya keuntungan–keuntungan teritorial di daerah seberang lautan terutama di Asia.
C. Hasil - Hasil Dari Kongres Wina
Demikian keputusan-keputusan penting diambil dalam Kongres Wina suatu rangkaian keputusan penting, yang pernah diambil antara Konfrensi perdamaiaan. Di antara para ahli sejarah sering terdengar pendapat, bahwa keputusan Kongres Wina itu berbau Reaksioner, hanya menguntungkan pihak-pihak yang berkuasa dan menutup ide dan paham-paham Revolusioner namun perlu diinggat bahwa para diplomatik yang berkumpul di Wina pada saat itu berada dalam keadaan yang sulit disebabkan oleh situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan.
Konggres Wina merupakan suatu perjanjian damai yang muncul sebagai dampak bergulirnya Revolusi Perancis. Walaupun Konggres Wina dianggap bukan sebagai suatu Konggres dalam arti sebenarnya akan tetapi dari Konggres ini dihasilkan beberapa keputusan penting untuk membangun kembali Eropa seperti sebelumnya terjadinya perang koalisi. Para diplomat dan para Raja yang berkumpul di Wina tahun 1814 dan 1815, kebanyakan mereka berfikir bahwa mereka telah berhasil menghentikan gerakan revolusioner dan ambisi imperialis Napoleon yang melanda Eropa.
D. Pemberontakan Terhadap Kongres Wina
Keputusan kongres Wina yang sewenang-wenang dalam membagi-bagi wilayah untuk negara lain mendapat protes keras dari rakyat negara yang bersangkutan maka timbulah pergolakan terhadap ketidakpuasan atas sikap raja-raja yang sewenang-wenang maka munculah beberapa gerakan rakyat yang terdiri atas:
1. Revolusi Juli 1830 di Perancis
Menentang kesewenang-wenangan kekuasaan raja Charles X. Revolusi ini menimbulkan beberapa pergolakan seperti:
1. Perang kemerdekaan Belgia 1830-1831
2. Pembrontakan Polandia 1830-1831.
3. Tuntutan rakyat Inggris terhadap perubahan soial dan politik (Reforbill 1832).
4. Tuntutan untuk menghapuskan perbudakan di Inggris (1833).
5. Munculnya pemerintahan Liberal (kebeasan individu) di Inggris.
2. Revolusi Februari 1848 di Perancis
Menentang kesewenang-wenangan raja Louise Phillip dan tuntutan rakyat Jerman untuk melakukan perubahan sistem pemerintahan menjadi Liberal dan Demokratis. Revolusi ini menimbulkan beberapa pergolakan seperti:
a. Pemberontakan untuk menjatuhkan Pangeran Matternich dari Austria.
b. Pemberontakan Lombardy, Venetia, Bohemia, dan Hongaria terhadap Austria.
c. Gerakan buruh (Chartism) di Inggris.
Revolusi tersebut mampu membuat beberapa perubahan pada tatanan wilayah Eropa yaitu:
1. Kedua revolusi tersebut mampu membuat Concert Of Europe (yaitu sebuah organisasi 4 negara: Austria, Inggris, rusia, dan Prusia yang melaksanakan konferensi untuk membahas dan mengatasi permaslahan-permasalahan wilayah Eropa) terpecah menjadi dua kubu yaitu Liberal (Inggris dan Perancis) berusaha mengadakan upaya perubahahan terhadap hasil kongres Wina dan kubu Konversativ (Austria, Rusia, dan Prusia) berusaha mempertahankan hasil keputusan kongres Wina.
2. Pada peta wilayah Eropa terjadi beberapa perubahan yang disesuaikan dengan pembagian kekuasaan politik yang baru merubah perbatasan dan menghasilkan dua negara baru yaitu Belanda dan Prusia. Tahun 1816 Menetapkan desa Morestnest kepada belanda dan Neu Morestnest kepada Prusia dimana kedua wilayah tersebut memiliki tambang seng yang berharga serta menjadikan desa Kelmis sebagai kawasan Netral.
E. Perkembangan Setelah Kongres Wina
Perkembangan kodifikasi hukum diplomatik dalam pergaulan masyarakat, negara sudah mengenal semacam misi-misi konsuler dan diplomatik dalam arti yang sangat umum seperti yang dikenal sekarang pada abad ke-16 dan ke-17, dan penggolongan Kepala Perwakilan Diplomatik telah ditetapkan dalam Kongres Wina 1815 sebagai berikut :
1. Duta-duta besar dan para utusan (ambassadors and legate)
2. Minister plenipoteniary dan envoys extraordinaryKuasa Usaha (charge d’ affaires)
Setelah PBB didirikan pada tahun 1945, dua tahun kemudian telah dibentuk Komisi Hukum Internasional. Setelah tiga puluh tahun (1949-1979), komisi telah menangani 27 topik dan subtopik hukum internasional, 7 diantaranya adakah menyangkut hukum diplomatik, yaitu :
• Pergaulan dan kekebalan diplomatik
• Pergaulan dan kekebalan konsuler.
• Misi-misi khusus
• Hubungan antara negara bagian dan organisasi internasional
• Masalah perlindungan dan tidak diganggu gugatnya pejabat diplomatik dan orang lain yang memperoleh perlindungan khusus menurut hukum internasional.
• Status kurir diplomatik dan kantong diplomatik yang diikutsertakan pada kurir diplomatik.
• Hubungan antara negara dengan organisasi internasional
F. Kongres Wina (1814-1815) dan Akibatnya bagi Indonesia
Perang Koalisi di Eropa berakhir tahun 1814 ketika Inggris dan negara koalisi berhasil mengalahkan Perancis. Pada tanggal 4 Mei 1814, Napoleon Bonaparte ditangkap dan dibuang ke Pulau Elba. Dalam Konvensi London, 13 Agustus 1814, Inggris berjanji akan mengembalikan kepada Belanda daerah jajahannya yang pernah direbutnya sejak tahun 1803.
Usai perang tersebut, bangsa-bangsa Eropa yang berkoalisi melawan Prancis lalu mengadakan Kongres Wina (1814-1815). Kongres Wina adalah pertemuan yang berlangsung di Wina, Austria (1 September 1814 hingga 9 Juni 1815) antara wakil-wakil kekuatan besar Eropa, dipimpin oleh negarawan Austria, Klemens Wenzel von Metternich. Tujuannya adalah mengembalikan kondisi daratan Eropa ke keadaan sebelum perang dan menghukum Perancis.
Salah satu isi Kongres Wina adalah penentuan kembali batas dan wilayah-wilayah negara dan koloni Eropa seperti keadaan sebelum terjadinya perang Napoleon (Perang Koalisi). Selain itu juga diputuskan untuk memperkuat negara-negara yang berbatasan langsung dengan Perancis sebagai benteng dan penjagaan apabila sewaktu-waktu Perancis melancarkan agresinya kembali.
Berdasarkan itu, maka Belanda sebagai negara yang berbatasan dengan Perancis harus diperkuat agar dapat menjadi benteng. Untuk itu wilayah jajahan Belanda, yakni Hindia Belanda yang telah dikuasai Inggris harus diserahkan kembali kepada Kerajaan Belanda sebagaimana sebelumnya. Akhirnya pada tahun 1816 John Fendell (pengganti Raffles) secara resmi menyerahkan Indonesia kepada Belanda. Untuk mengambil alih pemerintahan di Indonesia, Raja Willem mengirimkan tiga Komisaris Jenderal, yakni C. Th. Elout sebagai kepala komite, Buyskes, seorang komandan angkatan laut, dan van der Capellen, yang ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal dan akan tinggal di Indonesia.
G. KESIMPULAN DARI KONGRES WINA
Demikian keputusan-keputusan penting diambil dalam Kongres Wina suatu rangkaian keputusan penting, yang pernah diambil antara Konfrensi perdamaiaan. Di antara para ahli sejarah sering terdengar pendapat, bahwa keputusan Kongres Wina itu berbau Reaksioner, hanya menguntungkan pihak-pihak yang berkuasa dan menutup ide dan paham-paham Revolusioner.
Namun perlu diinggat bahwa para diplomatik yang berkumpul di Wina pada saat itu berada dalam keadaan yang sulit disebabkan pleh situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan. Konggres Wina merupakan suatu perjanjian damai yang muncul sebagai dampak bergulirnya Revolusi Perancis. Walaupun Konggres Wina dianggap bukan sebagai suatu Konggres dalam arti sebenarnya akan tetapi dari Konggres ini dihasilkan beberapa keputusan penting untuk membangun kembali Eropa seperti sebelumnya terjadinya perang koalisi. Para diplomat dan para Raja yang berkumpul di Wina tahun 1814 dan 1815, kebanyakan mereka berfikir bahwa mereka telah berhasil menghentikan gerakan revolusioner dan ambisi imperialis Napoleon yang melanda Eropa.
DAFTAR PUSTAKA
Simbolon, Parakitri T. 2006. Menjadi Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Vlekke, Bernard H.M. 2008. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Kongres Wina, http://id.wikipedia.org/wiki/Kongres_Wina diakses pada tanggal 7 Desember 2014, jam 20.01 WIB.
Sejarah Kongres Wina, http://sahabatrevolusi.blogspot.com/2011/07/sejarah-kongres-wina.html diakses pada tanggal 7 Desember 2014, jam 20.11 WIB
Title : Makalah tentang Kongres Wina tahun 1814
Description : BAB I PENDAHULUAN Sejarah adalah suatu hal yang unik di mana suatu peristiwa yang terjadi di belahan bumi yang lain ternyata memb...
Description : BAB I PENDAHULUAN Sejarah adalah suatu hal yang unik di mana suatu peristiwa yang terjadi di belahan bumi yang lain ternyata memb...
0 Response to "Makalah tentang Kongres Wina tahun 1814"